RAKYATKU.COM, MANILA - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengajukan ide mengubah nama negaranya. Hal tersebut menyingkirkan jejak kolonialisme dari negara itu.
Duterte ingin mengganti nama Filipina menjadi Maharlika. Kata Maharlika berarti kelas bangsawan.
Senator Eddie Ilarde adalah yang pertama mengusulkan perubahan nama ini pada 1978 atau 41 tahun silam. Alasannya, negara perlu menghormati warisan kuno negara itu sebelum dijajah oleh Barat.
Nama Filipina pertama kali diberikan oleh penjelajah Spanyol untuk menyebut Kepulauan Las Islas Filipinas (Kepulauan Filipina).
Digunakan untuk menghormati Raja Philip II dari Spanyol. Spanyol memerintah Filipina selama tiga abad, disusul AS selama 48 tahun.
Ide ini lantas dipopulerkan oleh Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina yang dikenal sebagao seorang ditaktor. Ia sengaja menerapkan kondisi darurat militer untuk melanggengkan kekuasaannya hingga 20 tahun.
Pada era rezim Marcos, ia memopulerkan Maharlika dan menjadikannya nama stasiun televisi negara, jalan tol utara-selatan, dan aula kepresidenan.
"Marcos benar. Ia ingin mengganti menjadi Maharlika, kata-kata Melayu dan berarti condong pada konsep ketengangan dan damai," jelas Duterte dikutip Nikkei Asian Review.
Senat Presiden Tito Sotto menyebut, jika ide Duterte dilaksanakan, maka negara perlu menulis ulang konstitusi dan membutuhkan banyak perubahan.
Duterte sebelumnya juga mendorong perubahan piagam negara dan beralih ke bentuk pemerintahan federal. "Suatu hari mari kita ubah," tutur Duterte dalam pidato ketka membagikan sertifikat tanah di Mindanau, wilayah yang mayoritas merupakan penduduk Muslim, dikutip Bloomberg.