RAKYATKU.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan akhirnya angkat bicara terkait pernyataan Prabowo Subianto yang menyebut "menteri pencetak utang".
Namun, berbeda dengan biasanya, tanggapan Luhut tidak segarang biasanya. Mungkinkah karena bersahabat dengan Prabowo?
Saat ini, utang pemerintah disebut naik Rp1.809,6 triliun pada Desember 2018. Pada akhir 2014 hanya Rp2.608,7 triliun, kini naik menjadi Rp4.418,3 triliun.
Fakta itu dimanfaatkan kubu oposisi untuk menyerang pemerintah. Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengganti sebutan Menteri Keuangan dengan "Menteri Pencetak Utang".
Nah, dalam pidatonya dalam acara DBS Asian Insights Conference di Jakarta, Kamis (31/1/2019), Luhut menyinggung istilah baru Prabowo tersebut.
Awalnya Luhut mengomentari soal tudingan banyak orang mengenai tenaga kerja asing di Morowali. Namun Luhut memastikan bahwa pemerintah tidak akan mengkhianati rakyat seperti yang dituduhkan.
"You better have to be careful. Indonesia ini tidur saja selama ini. Don't dictate us how we manage our country," katanya.
"Saya nggak mungkin melacurkan profesionalisme saya, no way. Nggak bisa. Saya kan ingat perjuangan anak buah saya waktu masih operasi. Mana saya khianati mereka. I'm serious, i mean it. Nggak akan pernah. Karena saya bagian dari pengambil keputusan, saya nggak akan biarkan Indonesia ini dimain-mainkan," kata Luhut.
Di tengah-tengah pidato, Luhut kemudian menyinggung nama Sri Mulyani yang juga dia pastikan mengelola keuangan negara dengan baik. Tiba-tiba Luhut melontarkan kalimat soal menteri utang.
"Jadi orang yang bilang menteri utang. Neneknya menteri utang," kata Luhut yang disambut tawa oleh para hadirin.
Namun Luhut tak menjelaskan lebih lanjut mengenai menteri utang yang dia maksud. Dia hanya memastikan bahwa pemerintah mengelola Indonesia dengan sebaik mungkin.