Rabu, 30 Januari 2019 08:00

Selama 14 Tahun Peluru Bersarang di Lutut Pria Ini

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
(Foto: Jose I Marquez/Michael A Schindlbeck via The New England Journal of Medicine )
(Foto: Jose I Marquez/Michael A Schindlbeck via The New England Journal of Medicine )

Seorang pria asal Chicago, Amerika Serikat, membiarkan sebutir peluru bersarang di lututnya selama 14 tahun. Sikapnya ini membuat ia menderita komplikasi parah akibat peluru yang telah pecah dengan se

RAKYATKU.COM - Seorang pria asal Chicago, Amerika Serikat, membiarkan sebutir peluru bersarang di lututnya selama 14 tahun. Sikapnya ini membuat ia menderita komplikasi parah akibat peluru yang telah pecah dengan sendirinya.

Kejadian ini para peneliti temukan saat pria berusia 46 tahun yang namanya dirahasiakan itu mengunjungi John H Stroger Hospital di Chicago. Pria itu mengeluh mengalami rasa sakit di lutut kirinya.

Saat para dokter memeriksa catatan rekam medisnya, mereka menemukan bahwa ia mengalami luka tembak di lutut kirinya 14 tahun lalu. Namun tanpa ada alasan yang jelas, peluru itu tidak pernah dikeluarkan dari lutut si pria.

Menurut para laporan dokter yang terbit di New England Journal Medicine, lutut si pria menyimpan banyak cairan. 

Ternyata saat diperiksa menggunakan sinar-x, peluru yang bersarang telah menjadi pecahan metal dan menyebar ke seluruh lututnya. Hal ini membuatnya mengalami peradangan pada sendinya.

Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap darahnya juga suram. Darahnya terkontaminasi logam timbal dalam jumlah tinggi. 

Meski begitu, pria itu cukup beruntung. IFL Science melansir, ia tidak menderita efek parah dari keracunan timbal, seperti gagal organ, masalah dengan sistem saraf pusat, dan gangguan fungsi otak.

Dikutip dari Kumparan, kini, pria itu telah sukses menjalani terapi khelasi untuk "menyedot" keluar metal-metal yang mencemari tubuhnya. Selain melakukan terapi khelasi, para dokter sebenarnya berencana untuk melakukan operasi pada lutut pria itu, tapi ia telah menghilang lebih dulu sebelum para dokter sempat mengoperasinya.