Kamis, 24 Januari 2019 00:30

Ada yang Berbahaya, Begini Cara Mengenali Kondom yang Tak Layak Pakai

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
ILUSTRASI
ILUSTRASI

Penggunaan kondom disebut-sebut sebagai alat kontrasepsi paling aman. Namun, banyak orang yang khawatir jika keseringan bisa membahayakan kesehatan organ reproduksi wanita.

RAKYATKU.COM - Penggunaan kondom disebut-sebut sebagai alat kontrasepsi paling aman. Namun, banyak orang yang khawatir jika keseringan bisa membahayakan kesehatan organ reproduksi wanita.

Seksolog dr Andri Wanananda mengatakan, sejauh ini belum ada laporan medis tentang dampak buruk bila pasangan sering menggunakan kondom saat bercinta.

Para istri, katanya, tak perlu takut dengan keberadaan minyak pada kondom. Minyak ini justru memudahkan suami ketika melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, sehingga keduanya tidak merasakan nyeri.

"Selama tidak menimbulkan reaksi alergi misalnya gatal setelah berhubungan intim, maka kondom tidak berbahaya," tegasnya.

Lantas untuk masalah siapa yang harus memakai kondom, staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta tersebut mengatakan ini kembali pada kenyamanan kedua pihak. 

Misalnya, bila istri yang memakai kondom namun selama berhubungan intim dan sesudahnya ia justru merasakan nyeri pada organ vitalnya, sebaiknya mintalah suami untuk memakainya.

"Agar tidak jenuh, sekali-sekali boleh Anda lepas kondom saat bercinta dengan istri, saat ia dalam periode tidak subur," imbuhnya.
 
Menurut dr Andri, kondom memiliki kelebihan tersendiri bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Karena selain mencegah kehamilan, kondom dikatakan dr Andri juga bisa mencegah penularan HIV-AIDS pada pasangan.

"Alat kontrasepsi lain seperti spiral, pil KB, dan sebagainya itu hanya mencegah kehamilan tetapi tidak bisa mencegah HIV-AIDS seperti kondom," ucapnya.

Sementara dr Hari Nugroho SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya tak menampik banyak wanita yang khawatir terkena kanker serviks sebab sering memakai kondom. Hanya saja, pernyataan itu sepenuhnya salah.

Sebanyak 99,7 persen kanker serviks, katanya, terjadi akibat dari infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Justru pemakaian kondom dapat menurunkan terjadinya infeksi HPV dan infeksi menular seksual lainnya, sehingga secara keseluruhan, kondom justru akan menurunkan terjadinya kanker serviks.

Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya, Firman Santoso juga menyebut bahwa kondom adalah alat kontrasepsi non hormonal yang paling minim risiko.

Dia mengungkapkan, kondom adalah alat kontrasepsi yang efektif dan efisien untuk mencegah kehamilan tidak diinginkan. Selain itu, penggunaan kondom juga dapat mencegah penularan penyakit menular seksual (PMS) seperti herpes genital, HIV/AIDS, dan juga infeksi HPV penyebab kanker serviks.

"Tidak ada alat kontrasepsi yang sifatnya seperti kondom. Anda bisa saja pakai kontrasepsi oral seperti pil KB, suntik KB, atau spiral untuk mencegah kehamilan, tapi alat itu tidak bisa mencegah penyakit menular seksual," ujarnya. 

Selain itu, penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi, kata Firman, tidak akan memberi efek tertentu pada tubuh. Berbeda dengan penggunaan pil KB atau alat kontrasepsi hormonal lainnya yang saat ini lebih diminati di Indonesia.

"Hormon progesteron pada pil KB itu banyak mengandung mineralokortikoid yang sifatnya menahan air di dalam tubuh. Akibatnya berat badan bertambah dengan drastis. Pada beberapa orang justru jadi penyebab jerawat atau kerontokan pada rambut," kata Firman.

Lebih lanjut Firman menjelaskan, penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi juga tidak memengaruhi kesuburan seseorang. Artinya, saat memilih pakai suntik KB, secara otomatis harus diulangi tiap tiga bulan sekali untuk mencegah kehamilan. Saat tiba saatnya ingin memiliki momongan, Anda harus menunggu beberapa bulan terlebih dulu sampai efek hormonalnya benar-benar hilang.

"Kalau menggunakan kondom kan tidak perlu. Kondom juga sangat mudah didapatkan, di minimarket sudah dapat ditemukan. Harganya jauh lebih murah daripada penggunaan alat kontrasepsi hormonal," tambahnya.

Kondom Kedaluwarsa

Namun, yang perlu dipastikan adalah kondom tersebut masih baik atau justru sudah kedaluwarsa. Seperti halnya makanan, ternyata kondom juga ada tanggal kedaluwarsanya. 

Biasanya tanggal kedaluwarsa atau expiration date kondom tercantum pada kemasannya. Akan tetapi, mungkin saja tanggal yang dicantumkan sudah pudar sehingga sulit dibaca. Bisa juga terjadi kesalahan pada proses produksi sehingga informasi kedaluwarsanya tidak sesuai. 

Setiap jenis kondom memiliki daya simpan yang berbeda-beda, tergantung pada bahan dasar dan kemasannya. Namun, secara umum kondom bisa disimpan selama dua hingga lima tahun setelah kondom diproduksi. Ingat, daya simpan ini berlaku sejak kondom dibuat di pabrik, bukan sejak Anda membeli kondom dari toko. Maka, cara paling tepat dan efektif untuk mengetahui umur simpannya adalah memeriksa tanggal kedaluwarsa pada setiap kemasan kondom.

Anda dianjurkan untuk memerhatikan tanggal kedaluwarsa sebelum membeli kondom. Jangan membeli kondom yang tidak ada informasi tanggal produksi maupun kedaluwarsanya. Jika kondom yang Anda miliki sudah melampaui batas kedaluwarsa, segera buang dan jangan dipakai.

Ciri-ciri kondom kedaluwarsa

Bila kondom yang sudah telanjur Anda beli tidak ada tanggal expired-nya, buka kemasan dan perhatikan kondom Anda. Kalau tekstur kondom tersebut terasa kering dan kaku, itu berarti kondom sudah tidak layak pakai.

Namun, jika Anda membeli kondom yang mengandung spermisida atau lubrikan, biasanya teksturnya justru terasa lengket. Seolah-olah permukaannya saling menempel dan sulit diurai. Ini artinya kondom tersebut telah kedaluwarsa.

Dalam beberapa kasus, kemasan kondom juga bisa mengindikasikan apakah kondom Anda masih layak digunakan. Setiap kemasan kondom baru yang masih bagus seharusnya terasa sedikit menggembung karena udara yang melindungi kondom dalam plastik atau kertas timah. 

Kalau kemasan kondom terasa kempes, berarti udara di dalam kemasan sudah bocor. Besar kemungkinan kondom di dalamnya sudah rusak dan tak layak pakai. Buang dan ganti dengan kondom baru yang kemasannya masih bagus.

Kondom dibuat dari bahan yang rentan kerusakan seiring berjalannya waktu. Ada kondom yang terbuat dari lateks (getah karet) dan ada juga yang bahan dasarnya poliuretan (plastik sintetis). Bahan-bahan tersebut bisa mengalami degradasi atau kehancuran secara alami.

Bayangkan kantong plastik belanja yang didiamkan selama bertahun-tahun. Lama-lama plastik tersebut akan hancur dan berlubang, meskipun Anda tidak menggunakannya. Hal ini jugalah yang akan terjadi pada kondom kedaluwarsa.

Meskipun belum hancur dan berlubang, ketahanan kondom yang sudah expired sudah sangat jauh berkurang. Akibatnya kondom jadi mudah robek dan bocor ketika digunakan untuk berhubungan seks.

Bila Anda nekat menggunakan kondom yang sudah kedaluwarsa, ada berbagai risiko yang mungkin muncul. Kondom yang robek berisiko menyebabkan penularan penyakit kelamin seperti gonore, klamidia, hepatitis, hingga HIV/ AIDS. Di samping penularan penyakit, pasangan juga mungkin jadi hamil. Ingat, masih jauh lebih murah beli kondom baru daripada nantinya harus mengeluarkan banyak uang untuk mengobati penyakit.