Selasa, 15 Januari 2019 21:47

Pidana Mengintai Kapal Soechi Penumpah Solar di Parepare

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Warga Parepare, menimba tumpahan solar di laut Soreang, Kamis (10/1/2019).
Warga Parepare, menimba tumpahan solar di laut Soreang, Kamis (10/1/2019).

Kapal tanker Golden Pearl XIV milik PT Soechi Lines Tbk, yang diduga menumpahkan solar di perairan Parepare belum diperiksa.

RAKYATKU.COM, PAREPARE - Kapal tanker Golden Pearl XIV milik PT Soechi Lines Tbk, yang diduga menumpahkan solar di perairan Parepare belum diperiksa. Baru sebatas uji lab air laut yang terdampak solar tumpah terhadap lingkungan.

Praktisi Hukum, Makmur M Raona, mengungkapkan kapal tangker milik Soechi harus bertanggung jawab dan bisa dipidakan bila memenuhi unsur pencemaran lingkungan.

"Untuk tahu kesengajaan atau kelalaian, proses dapat dilihat dalam penyelidikan akan bisa ditentukan apakah unsur kesengajaan atau kelalaian atau tidak," kata Makmur di Parepare, Sulawesi Selatan, Selasa (15/1/2019).

Raona menjelaskan, jika ada unsur kesengajaan maupun kelalaian menumpahkan minyak solar, maka PT Soechi Lines pemilik kapal Golden dapat dipidanakan. Ancamannya tidak main-main bisa denda Rp13 miliar atau kurungan badan bagi direksi Soechi Lines di atas lima tahun.

"Sisi pidana, lihat apakah ditemukan unsur kesengajaan atau tidak, kami belum masuk kesana, kalau sengaja pidana menanti dia. Pidananya, bisa orang atau badan akibat melakukan pencemaran lingkungan," tuturnya.

Di sisi lain, kata dia, sewaktu kapal milik Soechi menumpahkan solar, pada Kamis (10/1/2019), ikan selama dua hari tidak mendekat ke keramba milik nelayan. Nelayan dirugikan atas hal tersebut, karena tidak mendapatkan ikan untuk dijual. Padahal ikan adalah mata pencaharian utama sekitar pesisir pantai Parepare.

"Solar itu bisa mencemarkan lingkungan ekosistem mangrove termasuk nelayan tidak memperoleh ikan, sudah pasti nelayan rugi," ucapnya.

Zainal Abidin, nelayan di perairan tersebut mengaku dua hari kerambanya kosong sejak dari kejadian solar tumpah. Gayung pun bersambut, Muhamad Yusuf, nelayan lainnya mengamini pernyataan Zainal.

"Dua hari saya enggak dapat ikan, padahal saya nelayan. Kalau mengandalkan pergi melaut malam enggak cukup," katanya berdua.

Namun pada saat nelayan mengetahui adanya tumpahan minyak dan berharap dapat bertemu dengan kapten kapal untuk mempertanggungjawabkannya, kapal malah sudah pergi.

“Enggak lama kapal sudah tidak ada di jetty. Saat pas terjadinya kan kita tidak langsung tahu itu karena kapal Golden Pearl XIV, begitu kita tahu, mau diajak diskusi, kapal sudah tidak ada. Aneh sekali, masa kapal tumpahin minyak malah kabur, itikad baiknya dimana?” keluhnya.