RAKYATKU.COM, DUBAI - CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, menjadi salah satu panelis pada diskusi mengenai perubahan iklim di Paviliun Indonesia pada perhelatan dunia Conference of Parties (COP) ke-28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Kamis (30/11/2023) waktu setempat.
Diskusi panel dipandu Penasihat Senior Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, Efransjah, dengan menghadirkan beberapa pembicara dari pelaku industri terkemuka di tanah air.
Pembicara lainnya, yakni Direktur Medco Energi, Amri Siahaan; Presiden Direktur AMMAN, Rachmat Makassau; CEO PLN, Darmawan Prasodjo; dan Direktur PT Astra International, Gita Tiffany.
Baca Juga : PT Vale Perkuat Komitmen Iklim lewat Kemitraan Produksi Nikel Net-Zero di COP29
Para pembicara menyampaikan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk berperan konkret dalam mengatasi krisis iklim. Hal ini selaras dengan topik panel, Transforming the Nation to Renewable Energy.
Febriany mengawali pemaparannya dengan menyampaikan satu slide yang memuat foto udara Danau Matano. Di hadapan hadirin di Paviliun Indonesia, Febri mengungkap, tantangan terbesar PT Vale adalah menjaga Danau Matano dan keanekaragaman hayati di garis Wallacea.
Kemudian, Febri, sapaan akarabnya, juga membagikan informasi terkait investasi signifikan PT Vale pada Energi Baru Terbarukan (EBT), yakni dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pertama pada 1978, yang disusul dengan pembangunan PLTA kedua dan ketiga pada 1999 dan 2011.
Baca Juga : Presiden Prabowo Saksi Kolaborasi USD1,4 Miliar PT Vale dan GEM Co. untuk Pabrik Nikel Net-Zero
“Ketiga PLTA menghasilkan listrik 365 megawatt yang menjadi 100 persen sumber energi dalam aktivitas smelting atau peleburan nikel di pabrik,” jelasnya.
Febri juga menyampaikan tiga proyek masa depan PT Vale, yakni di Sulawesi Tengah, Tenggara, dan Selatan. Pada ketiga proyek dengan nilai investasi mencapai USD8,6 miliar ini, PT Vale akan menggunakan sumber-sumber energi berbasis EBT, termasuk mengoptimalkan gas alam.
Dia menegaskan, melalui inisiatif ini, PT Vale harus menjadi perusahaan rendah karbon di dunia. “Meskipun penggunaan gas alam membutuhkan biaya yang lebih besar, yakni menambah hingga 300 juta dolar AS pada capex, PT vale tetap memilih menggunakan opsi ini untuk mengurangi emisi,” ungkapnya.
Baca Juga : Kementerian ESDM Jadikan PT Vale IGP Pomalaa Teladan Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Pada hari kedua diskusi panel, Jumat (1/12/2023), Febri kembali menjadi salah satu panelis dengan topik bahasan Adoption of Transition Energy, Nature-Based Solution, Biomass and Circularity as Practical Climate Change Solution.
Febri menyampaikan, PT Vale memiliki dua inisiatif besar yang akan berkontribusi pada pengurangan 700 ribu ton CO2, yakni penggunaan biomassa serta konversi bahan bakar ke gas alam.
“Kami memiliki peta jalan yang jelas, serta perencanaan proyek yang sangat detail. Jadi, apa yang kami janjikan, maka itu pulalah yang akan kami laksanakan,” ungkapnya.
Baca Juga : PT Vale Adopsi Diesel Terbarukan HVO, Kurangi Emisi Karbon hingga 70%
Pada perhelatan COP ke-28 ini, PT Vale aktif berpartisipasi pada rangkaian panel di Paviliun Indonesia. Pada Senin, 5 Desember 2023 CEO PT Vale akan kembali menjadi salah satu panelis pada diskusi dengan tema Zero Waste and Zero Emission Goals on Municipal Solid Waste.
Menteri LHK, Siti Nurbaya, menyampaikan pemerintah Indonesia menyoroti hasil dari berbagai aksi iklim praktis yang dilakukan dalam memastikan tercapainya target penurunan emisi netral pada 2030 di sektor kehutanan dan lahan atau Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030 dalam Conference of the Parties (COP) 28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
“Pada COP28, prioritas kita adalah untuk menyoroti hasil-hasil utama dari aksi-aksi iklim yang kita lakukan, terutama dalam memastikan target-target iklim FOLU Net Sink 2030 Indonesia tetap berjalan sesuai rencana,” katanya.
Baca Juga : PT Vale Raih Penghargaan Terbaik Sektor Bahan Dasar di CSA Awards 2024
Siti berharap, hasil dari berbagai aksi iklim itu dapat membuat Indonesia mempertahankan kendali dan memainkan peran yang menentukan dalam mencapai tujuan peningkatan Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.
Terlebih, Indonesia telah menciptakan sejumlah langkah dan kebijakan monumental seperti Rencana Operasional Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030, yang merupakan hasil diskusi pada COP26 di Glasgow dua tahun lalu.