Senin, 24 Juli 2023 08:10
Forum tahunan yang diadakan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bekerja sama World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) di Jakarta, Kamis (20/7/2023).
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, JAKARTA - PT Vale Indonesia ikut menjadi salah satu pembicara pada forum tahunan yang diadakan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bekerja sama World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) di Jakarta, Kamis (20/7/2023).

 

Forum ini merupakan pertemuan dari para praktisi lingkungan, sosial, dan tata kelola atau sering diistilahkan dengan ESG (Environmental, Social, Governance). PT Vale juga menjadi anggota IBCSD, bersama puluhan perusahaan maupun organisasi yang menaruh perhatian terhadap ESG.

Tahun ini, tema yang diangkat IBCSD adalah ESG Beyond Compliance: Best Practices of Advancing Sustainability in the Face of Global Complex Challenges.

Baca Juga : PT Vale IGP Morowali Raih Penghargaan Indonesia Corporate Sustainability Award 2024

PT Vale mendapat kesempatan untuk berbicara pada diskusi panel pertama, bersama WBCSD dan APRIL Group.

 

Head of Communications PT Vale, Bayu Aji, membuka sesinya dengan memaparkan nikel untuk bahan baku baterai kendaraan listrik sangat esensial untuk transisi energi dan mendukung penurunan emisi global.

"Nikel sebagai bahan baku utama baterai yang akan mendukung transisi energi harus diproduksi dalam proses yang berkelanjutan. Termasuk menggunakan solusi rendah karbon dalam proses penambangan dan pengolahan," ujar Bayu.

Baca Juga : PT Vale Perkuat Komitmen Iklim lewat Kemitraan Produksi Nikel Net-Zero di COP29

Bayu melanjutkan, PT Vale yang saat ini memiliki intensitas karbon paling rendah di Indonesia untuk pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi, terus berupaya untuk mencapai target Net Zero di 2050 dengan sasaran antara berupa pengurangan emisi absolut sebesar 33 persen pada 2030.

"Sebagaimana perusahaan pertambangan, operasional kami di pabrik pasti menghasilkan emisi. Oleh karena itu, penurunan emisi karbon kami tempuh melalui dua rute. Tidak hanya melalui jalur reduksi, berupa fuel shifting, efisiensi energi dan elektrifikasi, tetapi juga jalur penyeimbang dengan meningkatkan performa pada aspek reklamasi, rehabilitasi dan program biodiversity," bebernya.

Pada sesi tanya jawab, Bayu menerima dua pertanyaan dari rekan yang berasal dari MIND ID. Pertama, mengenai metode penghitungan emisi karbon yang diusung PT Vale, serta bagaimana keanggotaan PT Vale pada ICMM (International Council on Mining and Metals) berpengaruh pada bisnis perseroan.

Baca Juga : Presiden Prabowo Saksi Kolaborasi USD1,4 Miliar PT Vale dan GEM Co. untuk Pabrik Nikel Net-Zero

"Keanggotaan kami di ICMM jelas berpengaruh, karena praktik-praktik berkelanjutan kami mengacu pada standard global tersebut. Hasilnya terbukti saat ini kami mampu menjaga kejernihan Danau Matano, dan kualitas udara di Sorowako setelah beroperasi selama lebih dari lima dekade," jelas Bayu.

Pada forum ini, turut dibahas mengenai konsentrasi perusahaan-perusahaan global terhadap pembangunan berkelanjutan, dan mengatasi tantangan yang relevan. Executive Director Asia Pacific WBCSD Joe Phellan mengatakan, perusahaan di dunia memang mengalami tekanan dari banyak arah, untuk beroperasi secara berkelanjutan. “Tekanan bisa berupa regulasi yang dibuat pemerintah, bisa dari lembaga non-partisan, relawan, jurnalis, bahkan bisa dari anak-anak kita,” ungkapnya.

Joe yang juga pemimpin tertinggi WBCSD, yang kini memiliki anggota 200 bisnis terkemuka di dunia menambahkan, perusahaan harus memiliki peta jalan yang jelas untuk bertransformasi menuju keberlanjutan. Caranya, bisa dengan mengubah rantai pasok, mengubah mindset, hingga meningkatkan akuntabilitas.

Baca Juga : Kementerian ESDM Jadikan PT Vale IGP Pomalaa Teladan Praktik Pertambangan Berkelanjutan

Sementara, dari sisi pemerintahan, turut urun rembuk pada forum ini adalah Dudi Gardera, Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa, dan Sumber Daya Alam di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. "Pemerintah Indonesia mendukung keberlanjutan dan ekonomi hijau melalui beragam kebijakan dan regulasi, termasuk untuk transisi terhadap energi baru terbarukan," kata Dudi.

Selain itu, menurut Dudi, bersama warga dunia pada forum G20 lalu, pemerintah Indonesia juga bersepakat untuk mendorong beragam inisiatif untuk ekonomi sirkular, dan penurunan polusi plastik.