RAKYATKU.COM -- Sutradara sekaligus penulis naskah Film Rantemario, Indra J. Mae sangat bersyukur dan penuh antusias atas dukungan Ketua Umum DPP Hikma, Andi Rukman Karumpa terhadap film garapannya tersebut.
Film bergenre drama petualangan ini akan menyuguhkan potensi pariwisata dan sumber daya alam Kabupaten Enrekang, disamping memberi pesan moral akan pentingnya kesadaran dalam pelestarian alam dan lingkungan.
Hal ini di sampaikan Indra, saat bincang santai bersama aktor pemeran Haji Matto, dalam film Molulo Jodoh tak Bisa dipaksa, Luthfi Sato di Warkop Silong Makassar, Selasa (16/5/2023).
Baca Juga : Bupati Enrekang Ajak Pengurus DPP Hikma Berinvestasi di Kampung Halaman
“Dukungan Ketua Umum DPP Himpunan Keluarga Massenrempulu (Hikma) Bapak Andi Rukman Karumpa merupakan spirit dan perhatian terhadap sineas putra daerah Maspul serta menjadi dorongan yang kuat bagi kami dan seluruh crew untuk segera memproduksi film ini, sehingga beberapa garapan film lainnya kita tunda dahulu dengan lebih fokus pada proses produksi film Rantemario ini," ungkap Indra.
Dua sineas handal putra Massenrempulu (Maspul) ini berbincang seputar ide cerita hingga perencanaan produksi film Rantemario yang rencananya akan memulai produksi pada akhir bulan juni mendatang. Dimana sebelumnya akan diadakan casting di dua kota yakni Makassar dan Enrekang.
Selaku putra maspul asal Baraka Kabupaten Enrekang, Indra mengungkapkan kalau ide cerita yang digagasnya ini sudah rampung dalam bentuk skenario sejak 2019 silam.
Baca Juga : Terpilih Aklamasi, Andi Rukman Nurdin Karumpa Jadi Nakhoda Baru DPP HIKMA
Awalnya cerita ini dikemas dalam bentuk novel berjudul “Rantemario in Love” dan sudah di Launching serta didistribusikan non komersial oleh Walhi Sulsel melalui forum aktivis pencinta alam se-Sulsel, Ketika itu. Bahkan pernah mau digarap rumah produksi milik Eko Patrio tapi terkendala oleh Covid.
Film Rantemario mengetengahkan kisah perjuangan dan pergerakan aktivis mahasiswa dalam persoalan lingkungan, dan memberi edukasi dampak ekspansi lahan berbasis agrobisnis yang merembet ke masalah pelestarian alam dan lingkungan, seperti eksploitasi komoditi kopi yang merupakan sumber daya alam unggulan Kabupaten Enrekang.
“Jadi dari penggambaran ini, 45% konten film akan mengambil lokasi shooting di Kabupaten Enrekang,” tutur Indra.
Selain Enrekang, shooting juga akan dilakukan di Makassar serta beberapa tempat eksotis lainnya di Sulawesi Selatan seperti Rammang-Rammang Maros, dan Lembanna Malino. Rencananya film ini sebelum ditayangkan di bioskop nasional, akan di ikutkan ke berbagai festival film internasional.
Diketahui, Indra sebelumnya telah mengharumkan nama sineas asal Makassar lewat karya film Selimut Kabut Ronkong yang meraih penghargaan skala internasional, salah satunya pada Festival Film Cannes.
Karya lainnya Benang Merah dan Tanah Batu Pare, juga menembus berbagai festival film internasional seperti Festival Film di Busan, Tokyo dan Toronto.
Sementara, Luthfi Sato yang juga adalah Sekretaris Hikma Kota Makassar, menyambut baik dan penuh antusias akan penggarapan Film Rantemario ini, terlebih sudah mendapat dukungan dari Ketum DPP Hikma.
“Ini adalah moment yang menggembirakan bagi sineas maspul, dimana dukungan Ketum DPP Hikma terhadap film ini merupakan lampu hijau, bukan hanya untuk para sineas, tapi secara tidak lansung juga untuk budayawan dan seniman putra daerah maspul lainnya agar terus berkreasi, berinovatif serta berkarya mengangkat kearifan lokal, budaya dan potensi sumber daya alam kampung kita, dimana hal ini, tentu akan mendapat perhatian dari seluruh jajaran pengurus Hikma utamanya dari pak Ketum Pusat, Andi Rukman Karumpa," ujar Luthfi.
Pemeran utama film layar lebar Coto vs Konro yang akrab disapa Haji Matto sesuai nama perannya ini, kemudian didaulat oleh Indra, untuk bermain dan turut berpartisipasi dalam proses penggarapan filmnya.
“ Pemain filmnya selain menghadirkan aktor/artis nasional dan lokal Makassar, sudah selayaknya dihiasi oleh putra putri serta tokoh Massenrempulu, karena sarat muatan lokal termasuk dialeknya, apatah lagi dengan Haji Matto putra maspul yang sudah tidak diragukan lagi talentanya," pungkas Indra.
Indra berharap, pesan dalam film ini dapat memberi kontribusi bagi pelestarian alam dan lingkungan daerah, terkhusus Kabupaten Enrekang, sebagaimana pesan pada film-filmnya yang lain serta mendapat dukungan dari berbagai pihak yang berkompoten.
Rantemario sebagai judul film adalah nama puncak gunung latimojong. Salah satu dari 7 puncak tertinggi di Indonesia, dan memiliki daya tarik akan ragam jenis satwa, diantaranya hewan langka anoa. Semuanya akan tersaji dalam film yang telah lama dinanti oleh pegiat pecinta alam dan aktivis lingkungan ini.