RAKYATKU.COM - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) mendesak Presiden Joe Biden, untuk mengakhiri "perang gila" di Ukraina sebelum mengarah pada penggunaan senjata nuklir.
“Pertama datang tank, lalu nuklir. Akhiri perang gila ini, sekarang. Sangat mudah dilakukan,” kata Trump dalam sebuah posting di platform Truth Social, Kamis, seperti dikutip Sputnik, Jumat (27/1/2023).
Desakan Trump mengacu pada keputusan Biden bahwa AS akan mengirim hampir tiga lusin tank tempur M1 Abrams ke Ukraina karena Polandia setuju untuk mengirim tank Leopard 2 miliknya juga.
Baca Juga : Putin Tangguhkan Partisipasi Rusia Dalam Perjanjian Pelucutan Senjata Nuklir dengan Amerika Serikat
Tak hanya Poloandia dan AS beberapa sekutu NATO lainnya juga mengumumkan untuk mengirim kendaraan lapis baja ringan lainnya ke Ukraina.
Trump telah mencerca bahaya yang ditimbulkan oleh dukungan AS untuk Ukraina sejak Rusia meluncurkan invasi yang oleh Moskow disebut sebagai "operasi militer khusus" pada Februari 2022.
Dia jauh dari sendirian dalam hal itu, karena kritik dari seluruh spektrum politik dan dari banyak negara NATO telah memperingatkan berbagai konsekuensi berbahaya dari konflik tersebut. Mulai dari kekurangan bahan bakar hingga pecahnya perang termonuklir.
Baca Juga : PM Inggris Janjikan 125 Senjata Anti-pesawat Saat Kuanjungi Kiev
Biden telah menunjukkan kesadarannya akan bahaya perang nuklir, memperingatkan risiko "Armageddon", tetapi melakukannya dengan cara yang menunjukkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menggunakan senjata nuklir.
Faktanya, Putin mengatakan pasukan nuklir Rusia telah disiagakan tinggi karena pernyataan agresif oleh NATO tentang Rusia membayar harga yang mahal untuk operasi militernya di Ukraina, dan dia mengatakan perang nuklir tidak dapat memiliki pemenang dan tidak boleh diperjuangkan.
Biden juga telah mengabaikan beberapa upaya Moskow untuk memulai negosiasi untuk mengakhiri konflik di Ukraina dan menyarankan Kiev untuk menahan diri dari pembicaraan damai, menyematkan pertimbangan mereka pada penarikan pasukan Rusia dari wilayah berbahasa Rusia yang memilih untuk meninggalkan Ukraina dan bergabung dengan Federasi Rusia.
Baca Juga : Dmitry Medvedev: Rusia Sendiri Memerangi NATO dan Dunia Barat
Moskow mengeklaim operasi militer khusus diluncurkan pada Februari 2022 dengan tujuan menetralkan Ukraina sebagai pangkalan potensial senjata NATO.
Operasi itu terjadi setelah pembicaraan berbulan-bulan gagal di mana para diplomat Washington mengatakan garis merah keamanan Rusia adalah "non-starter" dan Kiev secara dramatis meningkatkan serangannya terhadap pemberontak di wilayah Donbas yang berbahasa Rusia.
Sumber: SINDOnews.com