Senin, 09 Januari 2023 10:28

Kemenkes Terbitkan Surat Edaran Hindari Konflik Dokter Spesialis

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi, Gunadi Sadikin. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi, Gunadi Sadikin. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Kompetensi yang saling bersinggungan di antara profesi tenaga kesehatan kerap berdampak pada pelayanan bagi pasien, bahkan berpotensi perdebatan hingga konflik internal dalam organisasi profesi dokter.

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menerbitkan surat edaran terkait shared competency atau pembagian kompetensi. Hal ini untuk mengatasi konflik atau persinggungan pelayanan yang melibatkan profesi para dokter spesialis di rumah sakit.

Itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/5/2023 tentang Penataan Pelayanan Kesehatan Bagi Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis dan Dokter Subspesialis/Dokter Gigi Subspesialis Dengan Kompetensi yang Bersinggungan Melalui Shared Competency di Rumah Sakit.

"Untuk menjawab adanya kompetensi yang sama atau bersinggungan antara dokter spesialis, dokter gigi spesialis, dan dokter subspesialis, dokter gigi subspesialis, diperlukan penataan shared competency agar tidak ada saling klaim pelayanan," kata Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi, Gunadi Sadikin, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Baca Juga : Dalam Rangka Penguatan Industri Asuransi Kesehatan di Indonesia, OJK Siap Bersinergi dengan Kementerian Kesehatan

Kompetensi yang saling bersinggungan di antara profesi tenaga kesehatan kerap berdampak pada pelayanan bagi pasien, bahkan berpotensi perdebatan hingga konflik internal dalam organisasi profesi dokter.

"Pada suatu pelayanan medis tertentu, ternyata dalam praktiknya dapat dilakukan oleh dokter spesialis, atau dokter gigi spesialis, dan dokter subspesialis atau dokter gigi subspesialis dari bidang spesialisasi atau subspesialisasi yang berbeda," ucap Gunadi.

Edaran ini meminta rumah sakit untuk fokus memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan spesialistik dan subspesialistik, termasuk penggunaan sarana, prasarana, dan alat kesehatan.

Baca Juga : Digitalisasi Informasi Sebagai Senjata Utama Untuk Program Prioritas Kementerian Kesehatan RI

Selain itu, tiap tenaga kesehatan harus memiliki standar kompetensi yang telah disahkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan atau buku putih (white paper) masing- masing bidang spesialis atau subspesialis.

Gunadi mengatakan, tenaga kesehatan juga wajib memiliki clinical appointment berdasarkan rekomendasi komite medik dari pimpinan rumah sakit tempatnya bertugas.

“Rekomendasi komite medik diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi atau sertifikat kompetensi tambahan atau dokumen lain yang membuktikan kompetensi yang dimiliki tenaga medis,” ujarnya.

Baca Juga : Menkes Budi Tekankan Empat Hal Penting Hadapi Masa Endemi Covid-19

Kemenkes juga memperhatikan aspek monitoring dan evaluasi penerapan shared competency yang dilakukan secara berkala dalam memberikan pelayanan kesehatan yang efektif, berkualitas dan terstandar untuk menjamin mutu dan keselamatan pasien.

Sumber: Antara

#Kementerian Kesehatan #Gunadi Sadikin