Selasa, 13 Desember 2022 18:47
Beberapa kendaraan terbakar setelah Rusia meluncurkan rudal ke Ibu Kota Kyiv, Ukraina pada Senin (10/10/2022). Serangan ini meningkatkan esklasi perang Rusia vs Ukraina - The Moscow Times
Editor : Syukur Nutu

RAKYATKU.COM - Sanksi yang dijatuhkan pihak Barat kepada Moskow gagal mengurangi ekonomi Rusia. Bahkan sanksi tersebut pada akhirnya hanya merugikan orang Eropa.

 

Hal ini sepeti disampaikan Mantan Wakil Kanselir Austria Heinz-Christian Strache mengungkapkan hal itu pada Sabtu.

Dia juga menuduh pembuat kebijakan Uni Eropa (UE) menutup mata terhadap pertempuran mematikan di Donbass, yang menurutnya merupakan awal dari konflik saat ini selama bertahun-tahun.

Baca Juga : AS Kirim VAMPIRE ke Ukraina 

Berbicara pada rapat umum pro-netralitas di Wina, yang juga merupakan protes terhadap sanksi terhadap Rusia, Strache mengklaim keputusan Austria untuk bergabung dengan pembatasan ternyata merupakan luka yang ditimbulkan sendiri.

 

“Austria telah menunjukkan kepada Eropa bagaimana sanksi itu merusak dirinya sendiri,” ungkap Strache.

Dia mengatakan kepada peserta rapat umum bahwa tindakan tersebut telah menyebabkan melonjaknya harga listrik dan gas, dengan semakin banyak orang yang merasakan dampaknya.

Baca Juga : Mantan Presiden Rusia Medvedev Serukan Pemusnahan Zelensky

“Jika terus seperti ini, tahun depan di bulan Maret dan April kita akan menghadapi kemelaratan dan kebangkrutan massal,” papar dia.

Dia menyebut kemungkinan itu “sangat berbahaya.” “Jika krisis semakin parah dan semakin banyak orang yang putus asa, ini bisa membawa perkembangan berbahaya berupa ketegangan sosial yang tidak kita semua inginkan,” ungkap mantan wakil kanselir itu.

Strache melanjutkan, pembatasan tersebut gagal melemahkan ekonomi Rusia. Menurutnya, “Tahun ini, Rusia telah menggandakan bisnis (mereka), menghasilkan pendapatan USD220 miliar.”

Baca Juga : Ramzan Kadyrov Ramal Akhir Konflik Rusia vs Ukraina: Barat Akan Berlutut

Strache juga menyatakan Eropa Barat telah menemukan dirinya dalam situasi saat ini karena telah "melihat ke arah lain" selama bertahun-tahun ketika terjadi permusuhan di Donbass, yang dimulai pada tahun 2014 setelah kerusuhan hebat di Kiev menggulingkan presiden yang terpilih secara demokratis, Viktor Yanukovich.

Negara-negara Barat memberlakukan sanksi berat baru terhadap Moskow, membekukan setengah cadangan emas dan mata uang asingnya serta menargetkan ekspor energinya. Pembatasan, bagaimanapun, menyebabkan harga energi dan biaya hidup melonjak, mendorong banyak demonstrasi di seluruh Eropa.

Sanksi itu dijatuhkan setelah Rusia meluncurkan operasi militernya di Ukraina pada akhir Februari.

Awal bulan ini, ratusan aktivis Italia berkumpul di pusat kota Milan untuk memprotes pengiriman senjata ke Ukraina dan perluasan sanksi.

Baca Juga : Tentara Ukraina yang Ditangkap Pasukan Rusia Mengaku Dilatih Militer Inggris

Pada akhir November, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova bersikeras pembuat kebijakan UE hanya menyalahkan diri mereka sendiri atas krisis energi yang sedang berlangsung.

Sumber