RAKYATKU.COM - Kementerian Pertanian (Kementan) menggencarkan pengembangan sorgum dari hulu hingga hilir guna memperkuat bahan pangan alternatif untuk Indonesia mampu menghadapi tantangan krisis pangan dunia. Sorgum memiliki manfaat yang tidak kalah saing dengan padi, jagung, dan kedelai.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, mengatakan tanaman sorgum tidak hanya sebagai pangan alternatif penganti beras, tetapi juga sebagai bahan pakan dan bahkan dapat menghasilkan bioetanol. Sorgum merupakan tanaman sehat, mudah dibudidayakan, rendah biaya produksi, dan sangat bermanfaat untuk kesehatan.
"Sorgum dibudidayakan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Hampir seluruh bagian tanaman sorgum, seperti biji, tangkai biji, daun, batang, dan akar, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, mulai menjadi makanan seperti sirup, gula, kerajinan tangan, pati, biomas, bioetanol, dan tepung pengganti terigu dan lainnya," kata Suwandi di Jakarta, Jumat (2/9/2022).
Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone
Suwandi menyatakan, yang menarik dari sorgum adalah tidak ada kandungan gluten. Sorgum kaya kandungan niasin, thiamin, vitamin B6, juga zat besi, dan mangan ini patut dikembangkan sebagai pangan alternatif yang menyehatkan. "Ayo konsumsi pangan lokal, cintai produksi dalam negeri," ujarnya.
Sementara itu, dalam webinar BTS Propaktani Episode 607 1 September 2022, Elisabeth Hera Mukin, dari Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka (Yaspensel), mengungkapkan potensi pengembangan sorgum di NTT cukup besar, dalam hal ini petani menjadi aktor utama.
Kelompok Tani binaan Yaspensel tersebar di Flores, Adonara dan Lembata, sudah menerapkan budi daya pascapanen sorgum yang baik dan benar, bahkan para petani sudah mampu menyortir benih yang berkualitas untuk dijadikan benih pada musim tanam berikutnya.
Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel
"Kami memberikan pelatihan kepada ibu rumah tangga dan anak muda untuk membuat olahan sorgum dengan tidak menghilangkan nilai gizi sorgum itu sendiri. Contohnya cake, mi, siomai, cookies, ketupat, dan bubur sorgum. Juga diberikan pelatihan untuk membuat kerajinan tangan dari malai sorgum, seperti pot bunga, buket, dan bingkai. Daun dan batangnya pun bisa digunakan untuk pakan ternak," paparnya.
Sementara itu, owner Athaya Sorghum, Natha Fadhlin, mengatakan Athaya sorgum merupakan suatu wadah atau UMKM, badan usaha yang bergerak di bidang kuliner sorgum di Jakarta.
Varietas sorgum yang diolah menjadi produk olahan adalah bioguma. Varietas ini memiliki keunggulan yaitu potensi hasil tujuh ton/hektare pada kadar air 12 persen, tepung sorgum yang dihasilkan berwarna putih, dan nasi sorgum bioguma bertekstur pulen.
Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran
"Beras sorgum dapat diolah menjadi sumber pangan alternatif pengganti beras. Nasi sorgum mempunyai rasa yang enak dan pulen, mirip dengan beras padi. Juga dapat dihidangkan bersama lauk-pauk yang beraneka ragam,” ucapnya.
Pada webinar ini, Ketua Poktan Ma’e Welu, Epit Wangge, membagikan pengalamannya dalam budi daya sorgum. Pihaknya memulai budi daya sorgum sejak 2013 karena dinilai sangat bermanfaat.
"Kami menerima benih yang bernama koali. Dari situ, perjalanan kelompok kami semakin berkembang dan sangat bersemangat untuk membudidayakan sorgum ini. Kita tanam terus sorgum. Kita juga mengikuti pelatihan membuat olahan sorgum,” ujar Epit.