RAKYATKU.COM - Uni Eropa (UE) telah menemui kesepakatan untuk balas dendam ke Rusia.
Para menteri energi setuju pemotongan penggunaan gas di negara-negara kawasan saat bertemu di Brussels kemarin.
UE sepakat untuk mengurangi konsumsi gas demi memutuskan ketergantungannya pada Moskow, Selasa (26/7/2022). Ini diyakini menjadi tanggapan efektif untuk melawan apa yang mereka sebut "manipulasi Rusia atas kekayaan energi sebagai senjata ekonomi".
Baca Juga : Timnas Jerman Juara Piala Dunia U-17 2023
"Kami telah membuat langkah besar untuk mengamankan pasokan gas bagi warga dan ekonomi kami untuk musim dingin mendatang," kata Menteri Industri Ceko Jozef Sikela, yang kini memegang jabatan Presiden UE.
Ia mengatakan, keputusan tersebut merupakan keputusan yang sulit namun diharapkan dapat dimengerti oleh semua pihak.
"Saya tahu keputusan itu tidak mudah, tetapi saya pikir pada akhirnya, semua orang mengerti bahwa pengorbanan ini diperlukan," tambahnya.
Baca Juga : Putin Angkat Bicara Terkait Kecelakaan Pesawat yang Diduga Tewaskan Bos Wagner
Hal sama juga didukung Jerman meski sangat bergantung pada gas Rusia dengan impor hingga 40% per tahun lalu.
"Memang benar bahwa Jerman, dengan ketergantungannya pada gas Rusia, telah membuat kesalahan strategis," kata Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck.
"Tetapi pemerintah kami sedang bekerja ... untuk memperbaikinya," tegasnyanya.
Baca Juga : Berkunjug ke Jerman, Ketum PSSI Lihat Langsung Kurikulum Pembinaan Pemain Muda Eintracht Frankfurt
Negara-negara UE nantinya harus mengurangi penggunaan gas sebesar 15% selama musim dingin, berdasarkan rata-rata lima tahun. Aturan ini mulai berlaku Agustus hingga Maret 2023.
Adapun target akan disesuaikan dengan masing-masing negara. Tingkat stok akan jadi pertimbangan, termasuk apakah mereka memiliki jaringan pipa untuk berbagi gas atau tidak.
Pengecualian diberikan bagi negara pulau seperti Irlandia, Siprus dan Malta, Spanyol dan Portugal, yang memiliki hubungan terbatas ke jaringan pipa pasokan gas yang saling terhubung antar negara UE.
Baca Juga : Perekonomian Terbesar UE Tidak Dapat Hidup Tanpa China
Negara-negara Baltik pun akan dibebaskan jika sambungan listrik mereka dengan jaringan Rusia ternyata diputus.
Adapun negara UE yang bersekutu dengan Moskow, Hungaria, yang menolak kesepakatan dan menyebutnya "tidak berguna".
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban diketahui dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca Juga : Rusia Usir 20 Lebih Diplomat Jerman
"Ini adalah proposal yang tidak dapat dibenarkan, tidak berguna, tidak dapat diterapkan, dan berbahaya yang sama sekali mengabaikan kepentingan nasional," kata Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto.
"Kesepakatan itu melayani tujuan komunikasi murni, dan bertujuan untuk menyelamatkan kredibilitas beberapa politisi Eropa Barat," tambahnya.
Dalam proposal yang sama, dikutip AFP, diketahui juga bahwa ke depan Komisi Eropa juga akan memberi Brussels kekuatan untuk memberlakukan pengurangan penggunaan gas dalam keadaan darurat. Ini untuk mengumumkan status "peringatan" ke kelompok tersebut, guna membuat target wajib, meski keputusan akan berada di tangan negara-negara anggota.
Sebelumnya, Rusia melalui BUMN gas, Gazprom, mengumumkan akan memotong lagi pengiriman gas harian ke Eropa menjadi sekitar 20% mulai hari ini.
Sebelumnya, pada bulan Juni, pengiriman gas yang dilakukan melalui pipa Nord Stream 1 sudah ditekan hingga 40% dari kapasitas normal.
Gazprom mengatakan haya akan menyalurkan 33 juta meter kubik (mcm) gas per hari. Jumlah tersebut setengah dari pasokan saat ini, yang memang sudah kurang bagi Benua Biru dan mengancam Eropa dalam krisis energi.
Pengumuman tersebut disampaikan melalui sebuah postingan di Twitter. Rusia mengaku pemotongan ini akibat masalah teknis di stasiun kompresor Portovaya.
"Karena berakhirnya waktu yang ditentukan sebelum perbaikan ... Gazprom mematikan satu lagi mesin turbin gas yang diproduksi oleh Siemens di Porovaya," kutipan ciutan itu.
Komisaris Energi UE Kadri Simson menolak klaim ini.
"Ini adalah langkah bermotivasi politik dan kami harus siap untuk itu dan untuk alasan itu pengurangan permintaan gas kami secara pre-emptive adalah strategi yang bijaksana," katanya.
Pipa Nord Stream 1 merupakan salah satu rute pengiriman gas utama ke Eropa melalui Jerman. Pipa itu dimiliki mayoritas oleh Gazprom dengan 51%, sementara lainnya adalah perusahaan barat, PEGI/E.ON dan Wintershall Dea 15,%, lalu French Engie dan Dutch Gasunie masing-masing 9%.
Sumber: CNBC Indonesia