Rabu, 18 Mei 2022 13:43
Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia, Dr. Zuhair Al Shun.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia, Dr. Zuhair Al Shun, meyakinkan masyarakat bahwa konflik di Palestina adalah persoalan politik. Penegasan ini penting, karena di Indonesia, konflik di sana sering dianggap berlandaskan agama.

 

Ketika memberikan kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Zuhair memaparkan bahwa Palestina terbentuk oleh komunitas Islam, Kristen, dan Yahudi yang awalnya dahulu tinggal bersama dalam damai.

"Banyak orang Yahudi yang masih tinggal bersama kami di Kota Yafa, tidak ada masalah. Kami melakukan muamalah atau berinteraksi sosial secara biasa, sesuai tuntunan yang ada,” kata Zuhair di Yogyakarta, Selasa (17/5/2022).

Baca Juga : Dompet Dhuafa Terus Komitmen Bangun Fasilitas Medical Point untuk Kebutuhan Masyarakat Palestina

Zuhair mengisi Ambassadorial Lecture bertema The Future of Palestine: Paving The Way for Sustainable Peace.

 

Kondisi mulai berubah, pasca Deklarasi Balfour pada 1917, yang membuat seolah-olah bangsa Yahudi diberikan rumah. Sejak saat itu, sejumlah pihak mulai berusaha memelintir apa yang awalnya sebuah konflik politik, menjadi perang agama.

"Belakangan agama juga dijadikan kendaraan, tameng untuk mencari massa, mencari dukungan, sehingga kemudian mulailah ada oknum-oknum yang membuat kekacauan di masjid, di gereja dan seterusnya, semata-mata untuk menggambarkan bahwa ini konflik agama," papar Zuhair.

Baca Juga : Iran Berjanji Balas Pembunuhan Ismail Haniyeh oleh Israel

Ia menambahkan, bagi umat Islam, kitab suci sudah memberikan dalil kuat untuk menyatukan kekuatan melawan Israel atas nama agama. Namun, Zuhair sekali lagi mengulang, konflik yang terjadi bukan soal agama.

Karena itu penyelesaian yang dilakukan adalah pendekatan politik. Membantu Palestina juga bukan hanya soal membantu umat Islam, tetapi juga mendukung umat Kristen yang hidup di sana.

"Jadi kami bisa memiliki pola berpikir, pola penerimaan atau pola beragama yang mirip. Jadi sebenarnya tidak ada masalah, kami bisa hidup berdampingan,” tegasnya.

Baca Juga : Relawan Makassar Peduli Ajak Masyarakat Terus Bantu Warga Palestina

Ia melanjutkan, persoalan selama 74 tahun ini tidak selesai karena masalah politik yang muncul dipropagandakan untuk kepentingan tertentu oleh kelompok-kelompok yang berkonspirasi. Tidak mengherankan, katanya, jika krisis di Palestina tidak selesai sampai hari ini.

"Hari ini, kita sudah 74 tahun dalam memori, mengenang apa yang disebut dengan Nakba atau hari ketika pada 1948 Israel menempati Palestina. Sejak saat itu 6,5 juta warga Palestina menjad pengungsi, tersebar di seluruh penjuru dunia, merasakan penderitaan, kedholiman yang dipicu oleh konspirasi politik, oleh beberapa negara, untuk mengelabuhi fakta," tambahnya.

Zuhair mengingatkan, fakta sejarah membuktikan bahwa Palestina adalah tanah air mereka dan itu tidak bisa dihindari. PBB telah memutuskan pembagian wilayah 56 persen untuk Israel dan 44 persen untuk Palestina.

Baca Juga : Kemenag dan Baznas kirim 10 Truk Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina

Namun, penguasaan wilayah terus dilakukan Israel, hingga hanya 22 persen wilayah yang dikuasai Palestina. Upaya pencaplokan masih terus dilakukan sampai saat ini. (*)

Sumber: VOA Indonesia