Senin, 14 Maret 2022 11:42
Ilustrasi.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan skenario terburuk dari gempa magnitudo (M) 6,7 di Nias Selatan, Sumatra Utara, Senin (14/3/2022).

 

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan gempa Nias Selatan ini berada di zona Megathrust yang skenario terburuknya M 8,9.

Dwikorita awalnya menjabarkan pusat gempa Nias Selatan berada di laut. Lokasinya berdekatan gempa besar pada 1797 dengan magnitudo 8,5.

Baca Juga : BMKG Lakukan TMC Antisipasi Cuaca Ekstrem Periode Mudik Lebaran

"Jadi gempa saat ini lokasinya berdekatan dengan gempa yang terjadi sekitar 25 tahun yang lalu. Diperkirakan magnitudonya saat itu 8,5 jadi lebih besar dari saat ini," kata Dwikorita.

 

Ia menjabarkan, sepanjang sejarah, gempa yang terjadi di lokasi itu sebanyak 16 kali. Beberapa di antaranya mengakibatkan ratusan orang meninggal. Ada pula gempa yang menyebabkan tsunami pada 1797 dan 2009.

"Jadi zona atau segmen Mentawai ini segmen yang aktif. Terjadi beberapa kali gempa-gempa yang tercatat dan yang terjadi hari ini juga di segmen Mentawai tetapi bagian Siberut," kata Dwikorita.

Baca Juga : Gempa Magnitudo 4,6 Guncang Kepulauan Selayar Sulsel

"Pada gambar terlihat pusat gempa yang warna hitam tahun 2022 magnitudo 6,7. Yang tahun 1797 warnanya merah magnitudo 8,5 terlihat betapa dekatnya karena merupakan sumber gempa yang sama, yaitu gempa Megathrust," tambahnya.

Dwikorita mengatakan para pakar gempa telah memperhitungkan jika terjadi pergerakan pada segmen Megathrust. Skenario yang terburuk yakni gempa bisa terjadi mencapai M 8,9.

"Para pakar gempa telah memperhitungkan apabila segmen Megathrust ini bergerak, maka pada kondisi skenario terburuk magnitudonya dapat mencapai 8,9. Tapi alhamdulillah pagi hari ini magnitudo 6,7 bukan magnitudo 8,9. Magnitudo 8,9 itu adalah perkiraan maksimum yang dapat terjadi berdasarkan perhitungan panjang segmen dan kecepatan pergerakan di bidang pergeseran," paparnya.

Baca Juga : Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Palu, Sulawesi Tengah

Dwikorita menegaskan magnitudo 8,9 bukan prediksi gempa. Ia mengatakan pernyataannya itu sebagai mitigasi bencana.

"Ini bukan prediksi. Kita tidak akan tahu apakah itu akan terjadi, insyaallah tidak terjadi. Namun, untuk mitigasi apabila sewaktu-waktu terjadi kita perlu mewaspadai dengan cara menyiapkan tata ruang yang benar-benar memperhatikan potensi guncangan tanah," imbuhnya.

Dwikorita mengatakan sudah melakukan pemetaan zona mana yang akan terguncang kuat jika gempa terjadi di titik yang sama. Dia meminta ada perhatian pada bangunan di zona-zona yang teridentifikasi sebagai zona bahaya.

Baca Juga : Prediksi BMKG, El Nino Bertahan hingga Akhir Tahun 2023

"Jadi angka 8,9 bukan ramalan, bukan prediksi tapi angka untuk mitigasi menyiapkan tata ruang building coat dan langkah mitigasi lainnya," katanya. (*)

Sumber: Detik.com