RAKYATKU.COM--Ayesha Imthiaz, seorang muslim India menganggap bahwa mengenakan hijab sebagai ekspresi pengabdian kepada Nabi Muhammad.
Sehingga ia mengatakan langkah kampusnya untuk mengusir gadis-gadis berhijab adalah penghinaan yang akan memaksanya untuk memilih antara agama dan pendidikan.
"Penghinaan diminta meninggalkan kelas saya karena mengenakan jilbab oleh pejabat perguruan tinggi telah mengguncang keyakinan inti saya," kata mahasiswa berusia 21 tahun dari distrik Udupi Karnataka Selatan.
Baca Juga : Pengakuan Korban Selamat Tabrakan Kereta di India: Saya Lihat Orang Kehilangan Tangan, Kehilangan Kaki
"Agama saya telah dipertanyakan dan dihina oleh tempat yang saya anggap sebagai kuil pendidikan," tambahnya dikutip dari Reuters, Senin (14/2/2022).
"Ini lebih seperti memberi tahu kami bahwa anda memilih antara agama atau pendidikan anda, itu hal yang salah," jelasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa beberapa gadis muslim yang memprotes larangan jilbab itu telah menerima telepon ancaman dan dipaksa untuk tinggal di dalam rumah.
Baca Juga : Terus Bertambah, Korban Tewas Tabrakan Kereta Api di India 233 Orang
Pejabat perguruan tinggi mengatakan siswa diperbolehkan mengenakan jilbab di kampus dan hanya meminta mereka melepasnya di dalam kelas.
Udupi adalah salah satu dari tiga distrik di wilayah pesisir Karnataka yang sensitif secara agama, yang merupakan kubu Partai Bharatiya Janata Party (BJP) sayap kanan Perdana Menteri Narendra Modi.
Kebuntuan itu telah meningkatkan ketakutan dan kemarahan di kalangan minoritas nuslim, yang mengatakan konstitusi negara memberi mereka kebebasan untuk mengenakan apa yang mereka inginkan. Protes atas larangan tersebut telah meningkat, dengan ratusan orang berdemonstrasi bulan ini di Kolkata dan Chennai.
Baca Juga : Tabrakan Kereta Api di India, 207 Orang Tewas-900 Luka-Luka
Pekan lalu, seorang hakim di pengadilan tinggi negara bagian merujuk petisi yang menantang larangan tersebut ke panel yang lebih besar.
Masalah ini sedang diawasi dengan ketat secara internasional sebagai ujian kebebasan beragama yang dijamin oleh Konstitusi India.
Kantor Kebebasan Beragama Internasional AS (IRF) pada hari Jumat (11/2) mengatakan larangan jilbab melanggar kebebasan beragama dan menstigmatisasi serta meminggirkan perempuan dan anak perempuan.
Baca Juga : India Kini Negara Berpenduduk Terbanyak di Dunia, Hampir Separuh Berusia di Bawah 25 Tahun
Sebagai tanggapan, kementerian luar negeri India pada hari Sabtu (12/2) mengatakan komentar dari luar atas masalah internal tidak diterima dan masalah itu sedang dalam peninjauan yudisial.
Imthiaz dan enam gadis muslim lainnya yang memprotes larangan tersebut mengatakan bahwa mereka bertekad untuk memperjuangkan kebebasan beragama mereka di hadapan beberapa siswa Hindu garis keras dan bahkan beberapa teman mereka.
"Sangat menyakitkan melihat teman-teman kita sendiri menentang kita dan mengatakan 'saya punya masalah dengan anda mengenakan jilbab' itu memengaruhi ikatan dan kesehatan mental kita," kata Imthiaz. (*)
Baca Juga : Tragis! Enam Orang Tewas Tersayat Tali Layang-Layang di India
Sumber: Reuters