RAKYATKU.COM - Meta, yang dahulu dikenal sebagai Facebook, menempatkan banyak investasi virtual, dan juga miliaran dolar, ke dalam keranjang metaverse. Wall Street sangat cemas akan hal itu.
Saham perusahaan Meta mengalami penurunan bersejarah, Kamis (3/2/2022), setelah perusahaan media sosial raksasa itu melaporkan penurunan laba yang jarang terjadi karena kenaikan tajam pengeluaran, pertumbuhan pendapatan iklan yang goyah, persaingan dari TikTok dan lebih sedikitnya pengguna harian platform andalannya di Amerika Serikat (AS).
Pada saat yang sama Meta menginvestasikan lebih dari 10 miliar dolar dalam rencana ambisius CEO Mark Zuckerberg untuk mengubah Meta Platform Inc menjadi realitas virtual, dengan membuat perusahaan “berbasis metaverse” itu.
Baca Juga : Lampaui ChatGPT, Threads Jadi Medsos dengan Pertumbuhan Tercepat Sepanjang Sejarah
Saham Meta turun lebih dari 26 persen menjadi 237,76 dolar pada perdagangan Kamis sore, memangkas lebih dari 230 miliar dolar dari nilai keseluruhan perusahaan atau kapitalisasi pasarnya.
Dalam sejarah, penurunan nilai perusahaan ini merupakan yang terbesar dalam satu hari bagi sebuah perusahaan.
"Meta mengorbankan model bisnis intinya karena ketertarikannya pada metaverse. Bertaruh besar di metaverse bukan hal yang buruk, teknologinya akan menjadi besar dan memberi banyak peluang. Tetapi, akan membutuhkan setidaknya satu dekade lagi untuk benar-benar berjalan lancar," kata analis di firma riset GlobalData, Rachel Jones, kepada Associated Press.
Baca Juga : Legislator Muda Makassar Dukung Konsep Metaverse Danny Pomanto
Walaupun perusahaan teknologi terbiasa membuat taruhan besar pada ide-ide yang terdengar futuristik, yang terkadang menjadi kenyataan dan memberi hasil besar, Wall Street tidak menyukai ketidakpastian.
Ada juga fakta yang tidak menyenangkan dari kesulitan berkelanjutan yang dialami Facebook dalam menangani dampak dunia nyata pada platform yang ada.
"Ada kekhawatiran terus menerus bahwa tantangan masa lalu Facebook akan mengikuti Meta ke metaverse. Perusahaan ini memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan untuk meyakinkan konsumen bahwa ekspansi Meta pada metaverse merupakan hal yang baik," kata Direktur Riset di Forrester Research, Mike Proulx.
Baca Juga : Izinkan Pengguna Unggah Ujaran Kekerasan kepada Rusia, Meta Berikan Contoh
Sejak Meta menggunakan nama baru pada musim gugur lalu, perusahaan itu telah mengalihkan sumber daya dan mempekerjakan banyak insinyur, termasuk dari pesaing seperti Apple dan Google, untuk membantu Zuckerberg mewujudkan visinya. (*)
Sumber: Associated Press, VOA