Jumat, 28 Januari 2022 16:54
Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto (Danny), saat berada di kediaman keluarga korban penyanderaan, Jalan Cenderawasih, Kota Makassar, Ahad malam (9/1/2022) lalu.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Milisi Houthi di Yaman masih menahan kapal kargo Rwabee bersama 11 anak buah kapal (ABK). Mereka terdiri atas tujuh orang asal India serta masing-masing satu orang dari Indonesia, Filipina, Myanmar, dan Ethiopia.

 

Warna negara Indonesia (WNI) yang jadi sandera itu berasal dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), berinisial SHP. Dia merupakan Chief Officer di kapal tersebut.

Houthi berperang dengan pasukan koalisi Arab saudi sejak Maret 2015 dan menahan kapal barang berbendera Uni Emirat Arab (UEA) tersebut sejak 2 Januari lalu karena dikabarkan mengangkut peralatan militer milik Arab Saudi. Namun, Arab Saudi menyatakan Rwabee membawa perlengkapan untuk membangun sebuah rumah sakit lapangan di Pulau Sokotra, Yaman.

Baca Juga : Kemenag Minta Jemaah Umrah Tinggalkan Arab Saudi Sebelum 29 Zulkaidah

Duta Besar Indonesia untuk Oman merangkap Yaman, Mohamad Irzan Djohan, Kamis (27/1/2022), menjelaskan tim negosiasi Houthi telah memberitahu bahwa 11 ABK yang ditahan bersama kapal kargo Rwabee dalam keadaan baik dan aman.

 

Dia menambahkan ABK asal Indonesia berinisial SHP itu bahkan berbicara melalui telepon dengan istrinya di Makassar pada 18 Januari lalu.

"(Dia) mengatakan saya baik-baik saja, ditempatkan di satu hotel, tapi saya tidak tahu di mana. Kami bisa berinteraksi dengan sebelas ABK lainnya, makan teratur, baik, bagus,diperlakukan baik," kata Irzan.

Baca Juga : Masih Ada 26 Jemaah Haji Indonesia 1444 H Dirawat di RS Arab Saudi

Irzan menegaskan, pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan ABK asal Indonesia dari tahanan milisi Houthi di Yaman melalui semua jalur.

Diakuinya saling serang antara Houthi dan pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi membuat proses pembebasan terhadap ABK Indonesia berinisial SHP tersebut tertunda.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kedutaan Besar Yaman di Ibu Kota Muskat, Oman, warga Indonesia yang kebetulan bekerja di kapal UEA itu bukan menjadi sasaran Houthi.

Baca Juga : Satu Jemaah Haji Pulang ke Tanah Air Usai Jalani Perawatan di Arab Saudi

Kelompok itu juga tidak meminta uang tebusan kepada sebelas ABK, tetapi meminta uang tebusan kepada perusahaan pemilik kapal Rwabee dan Arab Saudi, pemilik barang yang menyewa kapal tersebut.

Dia mengakui sampai saat ini belum ada sinyal kapan ABK asal Indonesia tersebut akan dibebaskan. "Satu nyawa orang Indonesia, pemerintah Indonesia dari ujung kaki, dari ujung rambut, kata Pak Presiden (Joko Widodo), harus dipertahankan. Walaupun hanya satu," ujar Irzan.

Selain itu, menurut Irzan, terus intensifnya perang membuat pihaknya terus memantau kondisi 3.203 warga Indonesia yang tinggal di Yaman termasuk 173 orang di wilayah utara.

Baca Juga : Arab Saudi Beri Penghargaan Tiga Negara Pengirim Jemaah Haji Terbanyak

KBRI Muskat sudah mempersiapkan rencana evakuasi warga Indonesia jika keadaan di Yaman sudah darurat. Namun sampai saat ini rencana itu belum dilaksanakan karena keadaan secara umum masih aman dan dapat berkegiatan seperti biasa. (*)

Sumber: VOA Indonesia