RAKYATKU.COM - Sokhary Chau, seorang pengungsi yang selamat dari pemerintahan brutal Khmer Merah menjadi orang Kamboja pertama sebagai wali kota di Amerika Serikat (AS).
Chau yang seorang anggota dewan kota di Lowell, Massachusetts, dengan suara bulat dipilih oleh rekan-rekan dewannya untuk mengambil posisi teratas sebagai wali kota pada Senin (3/1/2022). Dia juga menjadi wali kota keturunan Asia pertama di kota itu.
"Tuhan memberkati Amerika, kan? Saya adalah seorang pengungsi, sekarang saya wali kota sebuah kota besar di Massachusetts," kata pria berusia 49 tahun itu, yang bekerja sebagai pegawai negeri Badan Jaminan Sosial AS, setelah dilantik secara resmi.
Baca Juga : SEA Games 2023: Kamboja Sampaikan Permintaan Maaf Atas Insiden Bendera Indonesia Terbalik
"Saya tidak tahu apakah itu bisa terjadi di tempat lain di dunia. Saya masih mencoba merenungkan bagaimana ini bisa terjadi di sini," tambahnya.
Chau, dalam pidato pengukuhannya, menceritakan pelarian berbahaya keluarganya dari Kamboja, sekaligus merefleksikan tentang Lowell, bekas kota industri yang memiliki akar imigran yang dalam.
Terletak di tepi Sungai Merrimack dekat garis negara bagian dengan New Hampshire, Lowell adalah pusat awal industri tekstil Amerika, menarik gelombang imigran Eropa dan Amerika Latin dari generasi ke generasi.
Baca Juga : Beijing Akan Lakukan Tindakan Balasan Terhadap Sanksi AS atas Rusia
Saat ini, sekitar 25 persen warga kota berpenduduk lebih dari 115.000 itu adalah orang Asia dan rumah bagi komunitas Kamboja terbesar kedua di AS.
"Sebagai orang Amerika keturunan Kamboja yang bangga, saya berdiri di atas bahu banyak imigran yang datang sebelum saya untuk membangun kota ini," kata Chau di depan kerumunan, termasuk istri dan dua putranya yang masih remaja.
Chau menceritakan bagaimana ayahnya, seorang kapten tentara Kamboja, dieksekusi oleh komunis Khmer Merah pada 1975 saat berlangsung perang saudara di negara itu.
Baca Juga : Putin Tangguhkan Partisipasi Rusia Dalam Perjanjian Pelucutan Senjata Nuklir dengan Amerika Serikat
Dia mengatakan, ibunya yang meninggal tahun lalu, berhasil menjaga tujuh anaknya tetap hidup selama empat tahun, selamat dari ranjau darat, hutan belantara, kelaparan, penyakit, dan ketidakpastian untuk mengantarkan mereka dengan selamat ke AS. (*)
Sumber: VOA Indonesia