RAKYATKU.COM -- "Kalau mau menulis puisi, harus diniatkan. Jangan menunggu ide datang. Tapi kondisikan diri agar ide itu muncul," begitu kata Rusdin Tompo, di hadapan siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Arifah, Kabupaten Gowa, Rabu (24/11/2021).
Penulis puisi "Panggil Aku Daeng" itu lalu memberi contoh. Katanya, ketika menjelang Hari Guru Nasional (HGN), misalnya, sebagai pelajar kita mau menulis puisi sebagai persembahan untuk guru. Nah, saat itu kita mengkondisikan ide dan pikiran untuk mencipta puisi.
"Jadi, ide itu tidak ditunggu, tapi diniatkan dan dikondisikan supaya hadir, " imbuhnya.
Baca Juga : Setelah Gelar Senja di Pantai Losari, Satupena Sulawesi Selatan Akan Terbitkan Buku
Rusdin Tompo, yang belakangan memilih profesi sebagai penulis dan editor itu melanjutkan, kita perlu membiasakan diri menulis dan mendokumentasikan pengalaman dan pandangan-pandangan kita, termasuk dalam bentuk puisi.
Menurutnya, ini tips yang bisa digunakan agar kita produktif. Yakni, dengan memotivasi diri untuk mendokumentasikan momen-momen tertentu atau hari istimewa dalam hidup kita. Begitu sudah ada tema yang akan ditulis, maka tulis saja dulu apa yang mau dituangkan. Tidak usah pikirkan judul, apalagi kesempurnaan tulisan.
"Judul bisa dikasi belakangan. Karena bisa saja, ada revisi atau perbaikan judul agar lebih kuat," sarannya.
Baca Juga : Pengalaman Pertama, Rusdin Tompo Baca Puisi di Resepsi Pernikahan
Rusdin Tompo berbagi pengalaman dan tips menulis puisi kepada siswa-siswi peserta ekstrakurikuler (ekskul) literasi. Mereka rerata duduk di kelas 7 dan kelas 8. Ada tiga kelas literasi di MTs Arifah, yakni kelas puisi, menulis, dan teater. Ekskul ini merupakan implementasi misi MTs Arifah. Yakni, membimbing dan mengembangkan minat serta bakat peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler secara efektif.
Sembari memberikan tips, sesekali penggiat literasi itu berinteraksi dengan siswa-siswi yang hadir. Dia bertanya, siapa yang berkeinginan punya buku sendiri? Lebih setengah anak yang hadir mengacungkan tangan. Mereka rupanya bercita-cita menulis buku sendiri.
Anak-anak memang mengaku membaca dan membeli buku. Sehingga ini jadi modal untuk menulis buku. Buku yang dibeli itu berupa novel islami dan komik remaja.
Baca Juga : Harun Al Rasyid, Buku, dan Makassar Kota Layak Anak
Rusdin Tompo menekankan, untuk menulis dan jadi penulis mesti rajin membaca buku. Buku apa saja yang dapat memperkaya wawasan. Disampaikan, agar anak-anak mulai menulis dan mendokumentasikan karyanya. Karena tulisan dalam bentuk puisi, cerpen, novel, artikel atau bentuk lainnya, dapat dijadikan sebagai media dakwah.
Mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah Sulawesi Selatan itu melanjutkan tipsnya. Dikatakan, setelah puisi jadi, coba baca ulang puisi tersebut. Mungkin ada yang perlu dikoreksi atau direvisi. Pada proses koreksi atau revisi ini, bisa dilihat kata-kata yang typo, bisa juga mencari diksi yang lebih kuat, kata yang berima, atau kalimat metafora yang lebih relevan.
Selanjutnya, endapkan saja puisi itu. Lalu vaca ulang. Mungkin perlu lagi dikoreksi dan direvisi. Sarannya, kalau puisi itu punya tema yang berkaitan dengan budaya atau sejarah, perlu melakukan riset. Dia juga menyarankan anak-anak perlu membaca buku-buku referensi untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan terkait tema puisi yang ditulis.
Baca Juga : Rusdin Tompo Punya Kebiasaan Mendonasikan Buku
"Membaca buku-buku karya penulis lain juga perlu, sebagai pembanding dan untuk jadi motivasi, sekaligus proses belajar," pungkasnya.
Saat berbagi tips menulis puisi dengan siswa-siswi MTs Arifah, hadir pula salah seorang guru pembina ekskul, Rizka Nurul Qalbi. Dia mengajak anak-anak memanfaatkan kesempatan menimba ilmu dari penulis, penyair dan satrawan yang akan hadir di sekolahnya.
Sebelumnya, Rusdin Tompo bertemu dengan Kepala Madrasah (Kamad) MTs Dra Hj St Satiah dan guru-guru pembina ekskul literasi, pada Senin, 22 November 2021.
Baca Juga : Murid SD Inpres Banta-bantaeng I Belajar Hak Anak Lewat Lagu
Saat bertemu dengan guru-guru pembina ekskul literasi itu, dia banyak berdiskusi tentang kepenulisan. Mantan jurnalis radio itu juga menyampaikan pentingnya publikasi bagi sekolah.
Sebagai cendera mata, dia menyerahkan buku kumpulan puisi "Kata Sebagai Senjata" dan buku antologi puisi karya bersama Komunitas Puisi (KoPi) Makassar berjudul "2020: Resolusi Dalam Puisi".