RAKYATKU.COM,WAJO -- Bupati Wajo, Amran Mahmud didaulat menjadi keynote speaker atau pembicara kunci pada kegiatan maulid dialogis yang digelar Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Wajo di ruang pola kantor bupati Wajo, Rabu malam (27/10/2021).
Maulid dialogis yang mengangkat tema "Maulid Antara Anjuran dan Larangan dari Keberagaman Menuju Indonesia Harmoni" dihadiri Ketua PD Muhammadiyah Wajo, Syekh Haedar Kadir; anggota DPRD Wajo, Elfrianto; Kepala Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf Kemenag Provinsi Sulawesi Selatan, Kaswad Sartono; kepala OPD, Rektor IAI As'adiyah, H Muhammad Yunus Pasanreseng Andi Padi; Ketua TP PKK sekaligus Ketua PD Aisyiyah Wajo, Sitti Maryam; pimpinan ormas Islam dengan menghadirkan tamu spesial sekaligus narasumber Prof H Abustani Ilyas dan Prof H Arifuddin Ahmad.
Bupati Wajo, Amran Mahmud mengatakan, kegiatan ini menjadi bagian pencerahan umat dan merawat keberagaman
"Ini menjadi modal dasar bangsa kita untuk berkembang maju kedepannya. Karena alangkah sia-sianya habis waktu dan energi kita, bagian keberagaman ini tersita karena saling menyalahkan dan membenarkan dan hal-hal khilafiah yang selalu menghambat kita mempersempit kita berpikir dan ber- ide dan ber-syiar Islam," ucap Amran Mahmud.
Baca Juga : Propam Polda Lakukan Penegakan Ketertiban dan Disiplin di Polres Wajo
"Saya mengapresiasi kegiatan ini apalagi menghadirkan dua tokoh luar biasa yang sangat saya kenal baik. Insya Allah daerah kita semakin maju karena kita semakin dewasa dan memiliki kebersamaan untuk membedah dan mengemas acara ini," tambahnya.
Amran berharap maulid dialogis ini lebih menguatkan umat dan menambah semangat kita terus berkarya memajukan keumatan dengan berbagai strategi membangun solidaritas keumatan.
"Selaku kepala daerah, saya akan berusaha semaksimal mungkin mengayomi dan menyatukan keberagaman ini, sehingga saya sangat berterima kasih dengan adanya maulid dialogis ini," ucap Amran Mahmud.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Wajo, Syekh Haedar Kadir dalam amanahnya menyampaikan maulid tidak perlu kita perdebatkan terlalu panjang, tapi yang harus disterilkan bagaimana maulid ini tidak terseret ke akidah-akidah yang tidak sesuai dan akidah yang lain-lain.
Baca Juga : Kasat Narkoba Polres Wajo Berganti, Kini Dijabat AKP Prawira Wardany
Apalagi, kata dia, mulai berkembang di medsos improvisasi dari maulid ini dengan membagi-bagikan uang. "Jadi pengganti telur uang seratus atau uang merah. Jadi seolah-olah maulid ini sebatas materi. Mari kita bermaulid bukan hanya karena telur dan makanan, sehingga yang menjadi perdebatan apakah maulid anjuran atau larangan? Dua-duanya tidak ada. Intinya maulid ini kita mencari syiarnya. Sehingga kecintaan kita pada Rasulullah bertambah," jelasnya.
Kepala Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf Kemenag Provinsi Sulawesi Selatan, Kaswad Sartono, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi. Kata dia, maulid tidak ada masalah tapi yang diperdebatkan ulama adalah peringatannya.
"Memang ada perbedaan dalam melakukan penghormatan dan mahabbah itu dan dialog ini sesungguhnya sudah ada 500 tahun yang lalu," ungkapnya.
Baca Juga : Sejumlah Perwira Masuki Purna Bakti, Kapolres Wajo Menyampaikan Apresiasi
Dia pun mengapresiasi Pemuda Muhammadiyah dan berharap dialog ini melahirkan pemikiran yang baik dan bisa ditiru di tempat lain.
Sementara pelaksana kegiatan, Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Wajo, Sulaeman Nyampa menyampaikan bahwa cara kita mencintai Rasulullah itu berbeda-beda, ada yang melakukan maulid, ada yang tidak.
"Tapi substansinya sama, yaitu sama-sama mencintai Rasulullah. Oleh karena itu, kami menggelar majelis ilmu ini berupa maulid dialogis," ucapnya.
Baca Juga : Pernah Juara Satu, Kades Waetuo Wajo Bocorkan Trik Bangun Desa Wisata