RAKYATKU.COM,JENEPONTO -- Pattiro, Sabtu malam (23/10/2021). Siapa sangka insiden kecil itu berujung peristiwa berdarah.
Saat itu sekitar pukul 19.00 wita. Warga bernama Haji Maupa sedang melintas di Pattiro, Desa Bontomanai, Kecamatan Kelara Jeneponto. Dia mengarah ke Tompo Kelara.
Dalam perjalanan, mobilnya berpapasan dengan mobil yang dikendarai Halim. Entah bagaimana ceritanya, terjadi insiden kecil.
Baca Juga : Desa Wisata Kassi Rumbia, Jadi Tuan Rumah Peluncuran Program Ekosistem Keuangan Inklusif
Haji Maupa yang membuka kaca samping mendengar umpatan, "Tedong". Tedong dalam bahasa Bugis atau Makassar, artinya kerbau. Sering dipakai mengumpat sebagai pengganti kata "bodoh".
Haji Maupa tersinggung. Tapi, dia tidak langsung bereaksi saat itu. Dia memilih melanjutkan perjalanan menuju tujuan awal. Rupanya insiden itu dipendam.
Sepulang dari Tompo Kelara, dia singgah di rumah mantan kepala Desa Bontomanai. Saat itu, sekitar pukul 10.00 wita. Tiga jam berselang. Haji Maupa mengenali mobil tersebut milik mantan kepala desa setempat.
Baca Juga : Pemkab Jeneponto dan PLN Punagaya Jajaki Kerjasama Pemanfaatan Limbah Bonggol Jagung
"Siapa yang pake mobil ta tadi?" tanya Haji Maupa kepada mantan kades tersebut.
"Oh yang pake itu, Halim," jawabnya.
"Ada saya dengar, kenapa saya dibilangi 'tedong' begitu waktu berpapasan," lanjut Haji Maupa.
Baca Juga : Sabung Ayam di Jeneponto Berujung Tragis, 1 Tewas dan Dua Orang Kritis di Rumah Sakit
Akhirnya mantan kades tersebut memanggil Halim untuk dipertemukan dengan Haji Maupa. Namun, Halim tidak mengakui perbuatannya. Dia merasa tidak menyebut kata-kata itu. Penumpangnya juga tidak mendengarnya.
Tiba-tiba datang oknum anggota DPRD Jeneponto, Taufiq. Legislator asal PDIP itu membawa samurai.
"Jadi ini masih kurang jelas apa dia hunus atau tidak. Namun yang jelas katanya langsung dipegang orang-orang di situ. Halim juga ada di sekitar situ. Setelah orang ini berhasil mengamankan itu parang, tiba-tiba ada yang berdarah, pengakuannya dikena parang," kata Kepala Kepolisian Sektor Kelara, Iptu Bakri, Senin (25/10/2021).
Baca Juga : Kanwil Kemenkumham Sulsel Lakukan Pendampingan Penilaian KKP HAM dan Pelaporan Aksi HAM di Tiga Kabupaten
Kepada Rakyatku.com, Taufiq mengaku tidak terima mertuanya dihina.
"Dipakkanai tedong (dibilangi kerbau). Saya spontan juga langsung ke sana. Tidak ada pemarangan. Cuman dia terluka karena dia ambil itu samurai dan tertusuk. Dia rebut dari tanganku, iye, begitu," katanya.
Menurut Taufiq, samurai yang dibawa itu hanya untuk berjaga-jaga karena banyak orang di sana. Dia juga mengaku belum sempat menghunuskan samurai tersebut.
Baca Juga : Lolos Verifikasi Sebagai Peserta Pemilu, Ketua Gelora DPD Jeneponto Gelar Baksos
"Belum sempat sudah ada mi yang ambil. Maksud, tujuan saya ke situ mau memperjelas dengan orang yang menghina mertua saya. Jadi saya ketemu disitu karena mobilnya mantan desa napake Halim," katanya.
Iptu Bakri mengatakan, kasus ini dalam proses penyelidikan.