RAKYATKU.COM -- Kopi telah menjadi komoditi unggulan dan banyak digemari masyarakat. Bukan hanya menjadi seduhan minuman, kopi juga bisa dijadikan berbagai produk olahan bernilai jual tinggi.
Tidak heran, jika kini kopi menjadi tren tersendiri di masyarakat. Program Desa Bangkit Sejahtera yang kini hadir di beberapa daerah di wilayah Kabupaten Luwu, kini menjalankan berbagai program pembinaan ekonomi masyarakat yang berbasis komoditi lokal.
Salah satunya adalah Desa Boneposi, yang berada di wilayah Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu.
Desa Boneposi sejak lama dikenal sebagai daerah dengan komoditi unggulan kopi berkualitas unggul, bahkan jenis kopi dari Desa Boneposi telah bayak didistribusikan ke berbagai tempat di Sulawesi Selatan.
Namun, produksi kopi di Desa Boneposi yang masih skala rumahan menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat. Ada banyak faktor yang menjadikan produksi kopi tidak masif di tengah masyarakat, di antaranya, rendahnya minat kalangan muda di desa untuk terlibat dalam produksi.
Melihat kondisi tersebut, Program Desa Bangkit Sejahtera; Yayasan Hadji Kalla berusaha membangkitkan kembali gairah produksi olahan kopi di Desa Boneposi dengan program pelatihan olahan produk kopi.
“Peluang lain kita lihat dari kualitas kopi Desa Boneposi, jenis kopi di sini adalah arabika dan robusta. Pertama, kita edukasi masyarakat di Desa Boneposi bahwa olahan kopi tidak selamanya harus diseduh menjadi minuman, namun ada produk lain yang bisa dihasilkan dan juga bisa dijual dengan harga yang bersaing. Setelah beberapa pendekatan dan edukasi kita lakukan, kita kemudian memberikan program pelatihan untuk masyarakat mengolah kopi menjadi produk lain, salah satunya adalah membuat pengharum berbahan baku kopi,” jelas Akhsan, Field Fasilitator Program DBS Yayasan Hadji Kalla yang bertugas di Desa Boneposi.
Program ini dimulai dengan pelatihan selama tiga hari (Agustus 2021), dengan melibatkan kelompok petani kopi serta kalangan muda di Desa Boneposi.
Akhsan yang merupakan fasilitator desa binaan Yayasan Hadji Kalla turun langsung sebagai pemateri yang mengajarkan warga Desa Boneposi mengolah kopi grade B menjadi produk pengharum.
Baca Juga : Yayasan Hadji Kalla Dapatkan Penghargaan Brand Terpopuler Kategori Lembaga Filantropi di Tahun 2024
Jenis kopi yang digunakan sebagai bahan pembuatan produk pengharum ini adalah arabika dan robusta grade B, sementara grade A masih tetap diolah menjadi bubuk kopi.
Peserta pelatihan diajarkan untuk menyortir biji kopi, lalu masuk dalam tahap fermentasi kopi, pembuatan kemasan, dan packaging/branding. Kegiatan ini pertengahan Agustus 2021.
"Saat ini, kami sudah memasuki tahapan penjualan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah penjualan melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook. Adapun yang dilakukan secara konvensional adalah mengenalkan produk ini di berbagai kegiatan di tingkat lokal daerah. Sudah banyak produk yang kita jual eceran, semoga kedepannya dapat terus dikembangkan dengan membuat berbagai produk olahan kopi lainnya. Saya dan warga akan mencoba menjajaki komunikasi dengan pihak Disperindag untuk mendapat sertifikat P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga) agar produk ini dapat lebih dikenal," jelas Akhsan.
Baca Juga : Kalla Institute dan Konjen Amerika Serikat Teken MoU Hadirkan American Corner
Keunggulan dari produk olahan pengharum kopi Desa Boneposi ini adalah wanginya yang bisa tahan lebih lama karena sebelum dikemas, terlebih dahulu dilakukan proses fermentasi selama tiga pekan, proses panjang inilah yang membuat produk pengharum kopi Desa Boneposi menjadi tahan lama.
Pada 4 September 2021 lalu, produk olahan Banua Coffee Parfume berkesempatan untuk mengikuti Festival Produk Lokal Luwu yang diadakan di Sentra IKM (Industri Kecil Menengah) Barambing Kabupaten Luwu.
Bupati Luwu Dr H Basmin Mattayang, MPd, yang turut hadir dalam acara tersebut menjadi salah satu pembeli dari produk Banua Coffee Parfume. Ia memberikan apresiasi terhadap olahan produk kopi yang dibuat warga Boneposi.
Menurutnya, meningkatnya produksi olahan lokal di tingkat desa akan bisa membangun perekonomian yang kuat bagi masyarakat tanah Luwu, Ia berharap akan banyak produk lain yang bisa lahir dari Program Desa Bangkit Sejahtera; Yayasan Hadji Kalla. Pada kesempatan tersebut Kepala Kejari (Kejaksaan Negeri) Luwu, Erny Veronica Maramba, juga ikut membeli Banua Coffee Parfume.
Sementara itu, Sampe Rante yang merupakan warga petani kopi Desa Boneposi bersyukur bisa mendapatkan pelatihan produksi lokal olahan kopi yang diinisiasi oleh tim DBS Yayasan Hadji Kalla.
“Kami, warga Desa Boneposi bersyukur bisa mendapatkan program pelatihan dari DBS. Ini pertama kalinya kami dikenalkan membuat produk olahan kopi menjadi pengharum ruangan dan mobil. Untuk sementara, hasilnya sangat memuaskan bagi warga karena sudah banyak digunakan,” kata Sampe Rante, salah seorang warga petani kopi di Desa Boneposi.
Erni Nurdin, Manager Bidang Ekonomi Sosial; Yayasan Hadji Kalla menyampaikan bahwa dengan adanya program pengembangan produk unggulan di Desa Boneposi ini, diharapkan dapat menjadi tolak ukur peningkatan kesejahteraan dan kualitas ekonomi masyarakat desa.
Selanjutnya, ia dan timnya akan terus berinovasi dalam menciptakan berbagai program pemberdayaan desa yang dapat meningkatkan taraf kesejahteraan ekonomi dan sosial di setiap desa binaan.Yayasan Hadji Kalla Latih Petani Kopi Boneposi Bikin Parfum, Bupati Luwu dan Kajari Langsung Beli
RAKYATKU.COM -- Kopi telah menjadi komoditi unggulan dan banyak digemari masyarakat. Bukan hanya menjadi seduhan minuman, kopi juga bisa dijadikan berbagai produk olahan bernilai jual tinggi.
Tidak heran, jika kini kopi menjadi tren tersendiri di masyarakat. Program Desa Bangkit Sejahtera yang kini hadir di beberapa daerah di wilayah Kabupaten Luwu, kini menjalankan berbagai program pembinaan ekonomi masyarakat yang berbasis komoditi lokal.
Salah satunya adalah Desa Boneposi, yang berada di wilayah Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu.
Desa Boneposi sejak lama dikenal sebagai daerah dengan komoditi unggulan kopi berkualitas unggul, bahkan jenis kopi dari Desa Boneposi telah bayak didistribusikan ke berbagai tempat di Sulawesi Selatan.
Namun, produksi kopi di Desa Boneposi yang masih skala rumahan menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat. Ada banyak faktor yang menjadikan produksi kopi tidak masif di tengah masyarakat, di antaranya, rendahnya minat kalangan muda di desa untuk terlibat dalam produksi.
Melihat kondisi tersebut, Program Desa Bangkit Sejahtera; Yayasan Hadji Kalla berusaha membangkitkan kembali gairah produksi olahan kopi di Desa Boneposi dengan program pelatihan olahan produk kopi.
“Peluang lain kita lihat dari kualitas kopi Desa Boneposi, jenis kopi di sini adalah arabika dan robusta. Pertama, kita edukasi masyarakat di Desa Boneposi bahwa olahan kopi tidak selamanya harus diseduh menjadi minuman, namun ada produk lain yang bisa dihasilkan dan juga bisa dijual dengan harga yang bersaing. Setelah beberapa pendekatan dan edukasi kita lakukan, kita kemudian memberikan program pelatihan untuk masyarakat mengolah kopi menjadi produk lain, salah satunya adalah membuat pengharum berbahan baku kopi,” jelas Akhsan, Field Fasilitator Program DBS Yayasan Hadji Kalla yang bertugas di Desa Boneposi.
Program ini dimulai dengan pelatihan selama tiga hari (Agustus 2021), dengan melibatkan kelompok petani kopi serta kalangan muda di Desa Boneposi.
Akhsan yang merupakan fasilitator desa binaan Yayasan Hadji Kalla turun langsung sebagai pemateri yang mengajarkan warga Desa Boneposi mengolah kopi grade B menjadi produk pengharum.
Baca Juga : Yayasan Hadji Kalla Dapatkan Penghargaan Brand Terpopuler Kategori Lembaga Filantropi di Tahun 2024
Jenis kopi yang digunakan sebagai bahan pembuatan produk pengharum ini adalah arabika dan robusta grade B, sementara grade A masih tetap diolah menjadi bubuk kopi.
Peserta pelatihan diajarkan untuk menyortir biji kopi, lalu masuk dalam tahap fermentasi kopi, pembuatan kemasan, dan packaging/branding. Kegiatan ini pertengahan Agustus 2021.
"Saat ini, kami sudah memasuki tahapan penjualan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah penjualan melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook. Adapun yang dilakukan secara konvensional adalah mengenalkan produk ini di berbagai kegiatan di tingkat lokal daerah. Sudah banyak produk yang kita jual eceran, semoga kedepannya dapat terus dikembangkan dengan membuat berbagai produk olahan kopi lainnya. Saya dan warga akan mencoba menjajaki komunikasi dengan pihak Disperindag untuk mendapat sertifikat P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga) agar produk ini dapat lebih dikenal," jelas Akhsan.
Baca Juga : Kalla Institute dan Konjen Amerika Serikat Teken MoU Hadirkan American Corner
Keunggulan dari produk olahan pengharum kopi Desa Boneposi ini adalah wanginya yang bisa tahan lebih lama karena sebelum dikemas, terlebih dahulu dilakukan proses fermentasi selama tiga pekan, proses panjang inilah yang membuat produk pengharum kopi Desa Boneposi menjadi tahan lama.
Pada 4 September 2021 lalu, produk olahan Banua Coffee Parfume berkesempatan untuk mengikuti Festival Produk Lokal Luwu yang diadakan di Sentra IKM (Industri Kecil Menengah) Barambing Kabupaten Luwu.
Bupati Luwu Dr H Basmin Mattayang, MPd, yang turut hadir dalam acara tersebut menjadi salah satu pembeli dari produk Banua Coffee Parfume. Ia memberikan apresiasi terhadap olahan produk kopi yang dibuat warga Boneposi.
Menurutnya, meningkatnya produksi olahan lokal di tingkat desa akan bisa membangun perekonomian yang kuat bagi masyarakat tanah Luwu, Ia berharap akan banyak produk lain yang bisa lahir dari Program Desa Bangkit Sejahtera; Yayasan Hadji Kalla. Pada kesempatan tersebut Kepala Kejari (Kejaksaan Negeri) Luwu, Erny Veronica Maramba, juga ikut membeli Banua Coffee Parfume.
Sementara itu, Sampe Rante yang merupakan warga petani kopi Desa Boneposi bersyukur bisa mendapatkan pelatihan produksi lokal olahan kopi yang diinisiasi oleh tim DBS Yayasan Hadji Kalla.
“Kami, warga Desa Boneposi bersyukur bisa mendapatkan program pelatihan dari DBS. Ini pertama kalinya kami dikenalkan membuat produk olahan kopi menjadi pengharum ruangan dan mobil. Untuk sementara, hasilnya sangat memuaskan bagi warga karena sudah banyak digunakan,” kata Sampe Rante, salah seorang warga petani kopi di Desa Boneposi.
Erni Nurdin, Manager Bidang Ekonomi Sosial; Yayasan Hadji Kalla menyampaikan bahwa dengan adanya program pengembangan produk unggulan di Desa Boneposi ini, diharapkan dapat menjadi tolak ukur peningkatan kesejahteraan dan kualitas ekonomi masyarakat desa.
Selanjutnya, ia dan timnya akan terus berinovasi dalam menciptakan berbagai program pemberdayaan desa yang dapat meningkatkan taraf kesejahteraan ekonomi dan sosial di setiap desa binaan.