Rabu, 09 Juni 2021 08:44
Ilustrasi.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Perempuan positif HIV telah terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab covid-19">COVID-19, yang berlangsung tujuh bulan. Penelitian menjelaskan, pasien ini memiliki virus yang bermutasi di dalam dirinya lebih dari 30 kali.

 

Penelitian itu yang belum ditinjau selama lebih dari tujuh bulan sebagai bagian dari penelitian cohort terhadap 300 orang lain dengan HIV.

Penelitian cohort adalah menganalisis sekelompok orang yang memiliki karakteristik demografis yang serupa, misalnya tahun kelahiran, dekade dilahirkan, atau saat memasuki tingkat tertentu di sekolah.

Baca Juga : Wali Kota Makassar Ingatkan Varian Baru Covid-19

Dikutip Jerusalem Post, Rabu (9/6/2021), peneliti mengeksplorasi efek infeksi SARS-CoV-2 saat dikenalkan ke sistem kekebalan dengan infeksi HIV saat ini.

 

Dari mutasi yang ditemukan pada pasien, baik varian Alpha yang ditemukan pertama kali di Inggris dan Beta yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan tercatat hadir pada satu titik atau lainnya selama infeksi pada perempuan itu.

Selama penelitian, perempuan itu, yang diidentifikasi berusia 36 tahun, berpindah-pindah antara tahap asimtomatik dan simtomatik.

Baca Juga : Waspada! COVID-19 Varian XBB Terdeteksi di Indonesia

Melalui tahap simptomatik dia dilaporkan memiliki beberapa gejala normal yang terkait dengan infeksi virus corona yang khas—seperti sakit tenggorokan, batuk, kesulitan bernapas, sesak dada, dan lainnya.

Perempuan itu awalnya dirawat di rumah sakit setelah timbul gejalanya, setelah dirawat dia menunjukkan gejala virus yang lebih ringan sementara masih dinyatakan positif mengidap penyakit baru.

Perempuan yang tinggal di Afrika Selatan itu terinfeksi virus corona pada September 2020, dengan jenis virus khas selama gelombang pertama infeksi di negara itu.

Baca Juga : Berlaku 17 Juli 2022, Kemenhub Terbitkan Surat Edaran Perjalanan Dalam dan Luar Negeri

Saat itu, virus corona yang berkeliaran di seluruh sistem tubuhnya mengalami 13 perubahan genetik yang terkait dengan protein spike virus corona. Sekitar 19 perubahan lain dalam susunan genetik virus corona tercatat mengubah perilaku virus.

Terlepas dari periode penyakit klinis subjek yang singkat, dengan tingkat keparahan sedang, penelitian ini mencatat bahwa ada hubungan dengan pasien Covid-19 yang mengalami imunosupresi dan peningkatan risiko penyakit yang lebih parah, termasuk juga kematian akibat infeksi virus corona.

Perlu dicatat bahwa pasien yang memiliki HIV tidak lebih rentan tertular infeksi virus corona daripada mereka yang tidak, juga tidak memperburuk implikasi medis dari infeksi tersebut.

Baca Juga : Cegah Penyebaran Covid-19 Jelang Pembelajaran Tatap Muka Pemkot Makassar Lakukan Penyemprotan Disinfektan

Sumber: Jerusalem Post, LA Times