RAKYATKU.COM -- Sedikitnya 232 orang, termasuk lebih dari 100 perempuan dan anak-anak, tewas akibat serangan di Gaza.
Gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas dari Palestina telah dimulai, Jumat pagi (21/5/2021).
Pemberlakuan gencatan senjata sejak Jumat dini hari waktu setempat itu mengakhiri 11 hari pertempuran dari kedua pihak yang telah menewaskan lebih dari 240 orang, sebagian besar di Gaza.
Baca Juga : Dompet Dhuafa Terus Komitmen Bangun Fasilitas Medical Point untuk Kebutuhan Masyarakat Palestina
Kabinet Israel membenarkan bahwa sudah dikeluarkan keputusan untuk menyetujui gencatan senjata dengan Hamas, yang mulai berlaku hari Jumat (21/5/2021) pukul 02.00 dini hari waktu setempat.
Di Gaza, penduduk merayakan gencatan senjata ini dengan tumpah ruah turun ke jalan sambil membunyikan klakson mobil dan mengibarkan bendera Palestina pada Jumat dini hari. Situasi serupa juga terjadi pada wilayah Palestina lainnya di Tepi Barat, seperti yang diungkapkan AFP.
Sedangkan di Israel, untuk kali pertama dalam beberapa hari terakhir tidak dibunyikan lagi sirene peringatan tembakan roket dari Hamas, pertanda gencatan senjata mulai berlaku.
Baca Juga : Iran Berjanji Balas Pembunuhan Ismail Haniyeh oleh Israel
Sementara itu, baik Hamas maupun Israel saling mengklaim kemenangan dan keberhasilan atas pertempuran yang telah terjadi.
"Ini adalah eforia kemenangan," kata Khalil al-Hayya, seorang pejabat senior Hamas, di depan kerumunan ribuan warga Palestina di Gaza yang merayakan gencata senjata.
Sedangkan Israel dalam pernyataanya mengatakan kampanye udaranya telah membuat pencapaian "yang belum pernah terjadi" di Gaza, wilayah yang diblokade Israel sejak 2007 atau sejak dipimpin Hamas.
Baca Juga : Relawan Makassar Peduli Ajak Masyarakat Terus Bantu Warga Palestina
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan di Twitter bahwa serangan ke Gaza telah menghasilkan "keuntungan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Gencatan senjata antara kedua pihak itu diusulkan oleh Mesir dan berlaku secara mutual dan tanpa syarat.
Presiden Mesir mengatakan ia akan mengirim delegasi yang akan memantau penerapan gencatan senjata di lapangan.
Baca Juga : Kemenag dan Baznas kirim 10 Truk Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina
Pejabat Hamas, Osama Hamdan, dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press mengatakan gencatan senjata dimulai pada Jumat pukul 2.00 dini hari.
Ia mengatakan perundingan gencatan senjata melibatkan Mesir dan Qatar. Namun ia juga mengatakan Hamas saat ini tidak kekurangan rudal.
Ia mengatakan serangan terhadap Israel bisa berlanjut tak hanya hingga beberapa hari atau pekan ke depan, tapi bisa hingga beberapa bulan mendatang.
Baca Juga : Masyarakat Luwu Utara Kirim Donasi untuk Palestina
Gencatan senjata dicapai setelah aksi kekerasan dan bombardir militer Israel terhadap Gaza dalam 11 hari terakhir, sementara kelompok Hamas menembakkan roket-roket ke wilayah Israel.
Pertempuran antara kedua pihak menewaskan setidaknya 232 orang di Gaza dan 12 orang di Israel.
Sebelum pengumuman gencatan senjata, Presiden Biden mengatakan kepada PM Netanyahu bahwa dirinya mengharapkan adanya penurunan eskalasi secara signifikan.
Dalam perkembangan terkait, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan pihak-pihak yang bertikai terikat dengan hukum internasional.
"Bahkan perang sekali pun punya aturan. Pertama dan yang paling utama, warga sipil harus dilindungi," kata Guterres dalam pidato di Majelis Umum PBB, di New York, hari Kamis (20/5/2021).
"Serangan semena-mena, serangan terhadap warga sipil, terhadap rumah milik warga sipil adalah pelanggaran hukum perang. Demikian juga dengan serangan terhadap sasaran-sasaran militer yang menyebaban hilangnya banyak nyawa warga dan luka terhadap warga sipil," katanya.
"Tidak ada justifikasi, apakah itu dengan alasan membalas tindak terorisme atau membela diri ... pihak-pihak yang berkonflik terikat dengan hukum kemanusiaan internasional," kata Guterres. (Sumber: BBC)