Rabu, 31 Maret 2021 10:02
Ilustrasi.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Sebuah perusahaan di Amerika Serikat punya cara tersendiri mendukung program vaksinasi COVID-19 yang digaungkan pemerintah.

 

Adalah CEO Bolthouse Farms, Jeff Dunn, yang mencetuskan untuk memberi seluruh karyawan penuh waktu yang berjumlah 1.800 orang di pabrik perusahaan California bonus senilai USD500 atau setara dengn Rp7,2 juta jika mau disuntik vaksin COVID-19.

"Beberapa pesaing kami, beberapa orang lain di (Lembah San Joaquin) telah menelepon hanya untuk mengetahuinya, karena saya pikir semua orang hanya mempertanyakan dengan bagaimana Anda memotivasi karyawan untuk divaksin? Tidak ada yang mau memberi mandat atau mengeluarkan uang ekstra," jelas Dunn dikutip dari CNBC, Rabu (31/3/2021).

Baca Juga : AS Kirim VAMPIRE ke Ukraina 

Asal tahu saja, Bolthouse Farms merupakan perusahaan minuman nabati. Dia juga bilang, mendorong orang untuk divaksinasi jelas merupakan hal yang benar untuk dilakukan dan mengirimkan pesan yang benar.

 

Mengutip CNBC, hingga saat ini, Bolthouse telah memvaksinasi lebih dari 1.000 dari 1.800 karyawannya sejak menggelar klinik vaksinasi pertamanya pada 26 Februari untuk karyawan berusia 65 tahun ke atas.

“Kami menyelesaikannya, yang membuat kami semua merasa sangat baik,” kata Dunn.

Baca Juga : Penembakan Massal Terjadi di Berbagai Kota AS, Lebih dari 12 Orang Tewas

Target Bolthouse adalah memvaksinasi 65 persen karyawannya dan Dunn yakin mereka akan segera melampaui tujuan itu.

Alasan lain untuk insentif tersebut adalah bahwa staf pabrik Bolthouse's Bakersfield adalah sekitar 80 persen Hispanik.

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, orang Hispanik dan Latin hampir dua kali lebih mungkin terkena COVID-19 dan tiga kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena COVID-19 dibandingkan dengan orang kulit putih non-Hispanik.

Baca Juga : Kremlin Tuduh AS Terlibat dalam Dugaan Upaya Pembunuhan Putin

Meski demikian, lanjut Dunn, karyawan dapat menolak untuk mendapatkan vaksin COVID-19.

"Kami benar-benar percaya bahwa mengamanatkan dan memaksakannya kepada mereka akan menjadi kesalahan karena Anda hanya mendapatkan perlawanan," kata Dunn.