PERJALANAN panjang telah mengujimu. Suka dan duka selalu bergantian. Demikian pula tawa. Bahkan, air mata.
Tetapi, semua itu penanda. Bahwa engkau hidup. Dan, jelas, selalu berdinamika.
Terkadang, kau bak busur. Penentu bidikan. Merobek sasaran. Sebaliknya, ada saatnya kau menjelma bak anak panah yang tak ditengok. Malahan, dicampakkan orang.
Dan itu, biasa. Karena, nantinya, semua itu, menyempurnakan hidupmu. Dinamikamu! Bahkan, berbuah obat. Menyegarkanmu.
Dinamika hidupmu yang tak pernah berhenti dengan cobaan, bakal menjadi ujian. Ya, ujian idealismemu.
Bahwa ada realitas nyata atas ujian di sekitar hidupmu, jelas harus dihadapi. Karena, itu semua akan membuatmu berani.
Pesanku, tetaplah berjuang. Netral berpijak pada kebenaran. Jadikan filosofi hidupmu untuk tak pernah mengenal kata goyah. Apalagi, mengangkat bendera putih sebagai pertanda menyerah. Jangan!
Pun, cobalah menghadirkan mosaik romantisme. Dengan harap, tak ada hina di atas pundak kuasa dan kekuatan yang ada padamu. Karena, kau dengan umurmu telah diberkahi. Bahkan, Sang Maha Kuasa telah berbaik hati tetap memanjakanmu di sofa teduh.
Jagalah! Agar tak ada amarah. Terkhusus, kepada tangan Pemberi Kuasa padamu.
Sebab, kurang apa lagi Sang Maha Pencipta. Melalui berkah negara tercinta ini, kau telah dimanjakan-Nya.
Kau pun menjadi pilihan. Tegarkan langkahmu. Insya Allah, di perjalananmu, Sang Maha Tahu, masih memberi kuasa mengarungi bahtera pengabdianmu.
Jaga itu! Tetaplah beribadah dan mengabdi dalam hidupmu. Jangan biarkan Pemberi Kuasa murka padamu!
Buktikan! Kamu anak rajawali. Sang penakluk benua dari timur. Torehkan legacy negara di mata dunia. Dan itu, dari tanganmu. Ya, tanganmu! Salamaki....
(SYL Way 15 Maret 2021. On the way Makassar. Di atas pesawat, bersama Bibie dan Thita)