Jumat, 05 Maret 2021 11:24
Pengunjuk rasa menentang kudeta militer Myanmar, Jumat (12/2). (Foto: AP/STR)
Editor : Fathul Khair Akmal

RAKYATKU.COM - Kantor HAM PBB mengungkapkan, jumlah korban jiwa selama kudeta Myanmar sebanyak 54 orang. Melihat perlawanan keras yang dilakukan Militer Myanmar, terutama pada demonstran penentang kudeta, Kantor HAM PBB memprediksi angka tersebut akan terus naik.

 

"Angka ril dari jumlah korban jiwa juga kemungkinan lebih besar. Angka yang ada sekarang berasal dari laporan yang sudah diverifikasi saja," ujar Kantor HAM PBB dalam pernyataan persnya, Jumat, 5 Maret 2021 dilansir dari Tempo.co.

Kantor HAM PBB melanjutkan, angka kematian yang berhasil mereka verifikasi baru dari lima lokasi saja. Kelimanya adalah Yangon, Mandalay, Sagaing, Magway, dan Mon. Padahal, sebagaimana diberitakan sebelumnya, demonstrasi menentang kudeta Myanmar berlangsung hampir di seluruh kota Myanmar.

Baca Juga : Curi Kotak Amal Masjid, Pasukan Junta Myanmar Juga Tembak 2 Warga Sipil

Angka orang yang ditangkap sepanjang kudeta berlangsung tak kalah besar. Kantor HAM PBB mengatakan, sudah lebih dari 1700 orang yang ditangkap sejak kudeta dimulai pada 1 Februari lalu.

 

Penangkapan-penangkapan itu, kata Kantor HAM PBB, menyasar figur-figur yang terlibat dalam Gerakan Pemberontakan Sipil atau berasal dari pemerintahan yang digulingkan Militer Myanmar. Beberapa di antaranya adalah Penasehat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan masih banyak lagi.

Salah satu penangkapan terbesar terjadi pada Rabu lalu. Kantor HAM PBB mengatakan, kurang lebih ada 700 orang yang ditangkap di hari itu. Adapun penangkapan dilakukan di tengah demonstrasi atau lewat penjemputan paksa ke rumah target.

Baca Juga : Peringatan Keras Militer Myanmar: Demonstran Akan Ditembak di Kepala

"Mereka ditangkap secara sewenang-wenang dan ditahan karena keterlibatannya dalam protes (menentang kudeta Myanmar) atau aktivitas politiknya. Mereka terdiri dari anggota politisi, aktivis hak asasi manusia, panitia pemilu, guru, pekerja medis, jurnalis, dan biksu."