RAKYATKU.COM - Varian baru Covid-19 kini diwaspadai banyak negara di belahan dunia.
B.1.1.7, pertama kali diidentifikasi di Inggris, telah menunjukkan kekuatannya untuk menyebar jauh dan cepat. Di Afrika Selatan, mutasi yang disebut B.1.351 bisa menjauhi antibodi manusia, menumpulkan efektivitas beberapa vaksin.
Para ilmuwan juga telah mengamati varian ketiga yang mengkhawatirkan yang muncul di Brasil, disebut P.1. Penelitian pada P.1 berjalan lebih lambat sejak ditemukan akhir Desember lalu, membuat para ilmuwan belum bisa memastikan seberapa mengkhawatirkan varian ini.
Baca Juga : Wali Kota Makassar Ingatkan Varian Baru Covid-19
“Saya menahan napas,” kata Bronwyn MacInnis, seorang ahli epidemiologi di Broad Institute, dikutip dari The New York Times, Selasa (2/3).
Saat ini tiga penelitian dilakukan terkait kemunculan P.1 di kota Manaus di Amazon, Brasil. Kemungkinan besar varian ini muncul pada November dan memicu lonjakan kasus virus corona. Penelitian menemukan varian ini mendominasi peningkatan kasus di kota tersebut karena meningkatnya tingkat penularan.
Varian ini juga memiliki kemampuan untuk menginfeksi orang yang memiliki kekebalan dari infeksi Covid-19 sebelumnya. Eksperimen laboratorium menyatakan P.1 bisa memperlemah efek perlindungan vaksin China yang kini digunakan di Brasil.
Baca Juga : Waspada! COVID-19 Varian XBB Terdeteksi di Indonesia
Penelitian baru ini belum diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Para penulis penelitian memperingatkan temuan pada sel di dalam laboratorium tak selalu bisa diterjemahkan ke dunia nyata, dan mereka baru saja mulai memahami tingkah laku P.1 ini.
“Temuan ini berlaku untuk Manaus, tapi saya tidak tahu apakah mereka juga berlaku di tempat lain,” jelas ahli virology di Imperial College London, Nuno Faria, yang memimpin sejumlah penelitian baru.
Tetapi walaupun masih ada misteri seputar P.1 ini, para ahli mengatakan varian ini harus dianggap serius.
Baca Juga : Berlaku 17 Juli 2022, Kemenhub Terbitkan Surat Edaran Perjalanan Dalam dan Luar Negeri
“Tak masalah mengkhawatirkan P.1, dan data ini memberikan kita alasan mengapa (kita perlu khawatir),” ujar seorang ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat TH Chan Harvard, William Hanage.
sumber: merdeka.com