RAKYATKU.COM - Demonstrasi antikudeta di Myanmar makin memanas. Sebanyak 18 orang pedemo diduga tewas akibat kekerasan aparat.
Dilansir Reuters, Senin (1/3/2021), massa diduga mendapatkan serangkaian serangan dari petugas keamanan Myanmar. Gas air mata, peluru karet, hingga granat setrum diarahkan ke kerumunan massa.
Akan tetapi, hal itu gagal membubarkan massa. Pedemo terlihat mengenakan helm plastik dan perisai darurat untuk berhadapan dengan polisi dan tentara.
Baca Juga : SEA Games 2023: Timnas Indonesia U-22 Hajar Myanmar 5-0 di Laga Kedua
Kantor hak asasi manusia PBB menginfokan ada belasan pedemo yang meninggal dunia karena serangan polisi Myanmar.
"Polisi dan pasukan militer menghadapi demonstrasi damai, namun menggunakan kekuatan yang mematikan -menurut informasi yang dapat dipercaya yang diterima oleh Kantor Hak Asasi Manusia PBB- telah menyebabkan sedikitnya 18 orang tewas dan lebih dari 30 luka-luka," kata kantor hak asasi manusia PBB seperti dilansir Reuters.
Beberapa pengunjuk rasa di Yangon tampak dibopong oleh sesama pedemo. Bercak darah berceceran di jalanan. Seorang dokter yang meminta namanya tidak disebutkan mengatakan seorang pedemo pria meninggal dunia dengan luka tembak di dadanya.
Baca Juga : Curi Kotak Amal Masjid, Pasukan Junta Myanmar Juga Tembak 2 Warga Sipil
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta militer Myanmar untuk menerima aspirasi masyarakat.
"Sekretaris Jenderal mendesak masyarakat internasional untuk berkumpul dan mengirimkan sinyal yang jelas kepada militer bahwa mereka harus menghormati keinginan rakyat Myanmar seperti yang diungkapkan melalui pemilihan dan menghentikan penindasan," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk aksi kekerasan ini. Blinken menyebut penembakan terhadap pendemo merupakan aksi yang "menjijikkan".
Baca Juga : Peringatan Keras Militer Myanmar: Demonstran Akan Ditembak di Kepala
"Kami berdiri teguh dengan orang-orang yang berani di Burma dan mendorong semua negara untuk berbicara dengan satu suara untuk mendukung keinginan mereka," kata Blinken di Twitter-nya.