Minggu, 21 Februari 2021 23:59
Burhanuddin Muhtadi
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Presiden RI Joko Widodo menjadi orang pertama yang divaksin. Harapannya, warga bisa ikut. Hasil survei membuktikan hanya 15,8 persen yang bersedia divaksin.

 

Ini temuan lembaga survei Indikator Politik Indonesia. Hasil survei itu disampaikan secara virtual, Minggu (21/2/2021). Survei dilakukan melalui telepon terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak.

Sampel survei hasil tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020. Survei ini memiliki margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Baca Juga : Survei IPI: Elektabilitas Ganjar Teratas, Disusul Anies dan Prabowo

Berdasarkan hasil survei, total 41 persen responden tidak bersedia divaksin. Sementara yang bersedia hanya 15,8 persen.

 

Menurut Burhan, setelah dua kali presiden disuntik vaksin dengan dukungan publikasi yang masif, seharusnya ada peningkatan kesadaran publik terhadap program vaksinasi.

"Survei kami di bulan Desember yang kurang bersedia atau tidak bersedia 43 persen. Jadi turun hanya dua persen, efek Presiden Jokowi hanya dua persen menurunkan mereka yang awalnya tidak bersedia menjadi bersedia divaksin," kata Burhan.

Baca Juga : Survei Indikator Politik Indonesia: TNI Institusi Paling Dipercaya Publik, Polri Melorot

Dari total responden yang kurang atau tidak bersedia divaksin, 54,2 persen di antaranya punya alasan efek samping vaksin yang belum ditemukan atau tidak aman. Mayoritas kekhawatiran dirasakan oleh perempuan dengan entis non-Jawa.

Survei juga dilakukan berdasarkan basis pemilihan presiden 2019. Hasilnya, pemilih Prabowo-Sandi sedikit lebih khawatir terkait apakah vaksin punya efek samping daripada pendukung Jokowi-Ma'ruf.

Makanya, Burhan mengusulkan agar Prabowo dan Sandiaga Uno berada di depan agar ramai-ramai menyukseskan vaksinasi karena datanya clear and clean.

Baca Juga : Survei: Anies Paling Banyak Dipilih Anak Muda untuk Jadi Presiden, Prabowo Urutan Kelima

Berdasarkan analisis multivariate disimpulkan, kesediaan menerima vaksin signifikan dipengaruhi oleh etnis, agama, pendidikan, ancaman Covid-19, dan tingkat kepercayaan terhadap efektivitas vaksin.

Lalu, kelompok etnis Jawa signifikan lebih tinggi kesediaannya menerima vaksin. Kelompok agama Islam signifikan lebih resisten terhadap vaksin.

Data lain juga menyimpulkan, semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi kesediaannya menerima vaksin. Semakin sering merasa takut tertular Covid-19 maka semakin tinggi kesediaannya menerima vaksin.

Hal menarik lainnya, semakin rendah tingkat pendapatan semakin malas divaksin. Mereka umumnya menganggap bahwa Covid hanya hoaks.

BERITA TERKAIT