RAKYATKU.COM - Para pengungsi korban gempa Sulawesi Barat terancam kekurangan pasokan makanan.
Mereka mengeluhkan keterbatasan bahan makanan karena persediaan yang makin menipis. Kini tidak banyak lagi bantuan logistik yang diantarkan sejak berakhirnya status keadaan tanggap darurat bencana gempa bumi
"Kalau sekarang posisi logistik di pengungsian ini kemungkinan besar masyarakat di sini hanya mencukupi satu dua hari ke depan ini. Kami selaku petugas yang ada di posko sudah kehabisan persediaan, jadi kami tidak tahu mau pergi ke mana cari logistik," kata Riswan Yasis, di Dusun Petakeang, Kelurahan Galung, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Jumat (5/2/2021).
Baca Juga : Gubernur Sulsel Bersama CSR Perusahaan Kirim Bantuan Rp1 Miliar untuk Gempar Sulbar
Bantuan terakhir kali yang diterima warga di dusun itu berupa tiga setengah liter beras, satu gelas minyak goreng, dan lima bungkus mi instan untuk tiap kepala keluarga pada 2 Februari 2021.
Riswan berharap dalam masa transisi darurat ke pemulihan, pemerintah memberikan perhatian bagi pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga yang masih bertahan di tenda-tenda darurat yang diperkirakannya akan berlangsung beberapa bulan ke depan.
Ratusan warga terlihat masih menempati tenda-tenda darurat yang terbuat dari terpal. Tenda-tenda darurat itu dibuat di depan rumah yang rusak akibat gempa maupun di wilayah perbukitan tidak jauh dari dusun tersebut.
Baca Juga : Rusak Akibat Gempa, Masjid Babul Jannah Majene Kembali Dibangun
Di lokasi pengungsian itu terdapat 255 kepala keluarga atau 927 jiwa, termasuk diantaranya 88 balita, 44 lansia dan delapan ibu hamil.
"Kami ini kemungkinan akan lama tinggal di tenda, karena rumah warga pada roboh jadi besar kemungkinan akan berbulan-bulan bertahan di tenda," ungkap Riswan yang rumahnya pun mengalami kerusakan akibat gempa magnitudo 6,2 pada 15 Januari lalu.
Basaria, salah seorang pengungsi, mengungkapkan kegelisahannya terkait kondisi kesehatan anak balitanya yang sempat terserang diare dan hingga hari itu masih belum pulih sepenuhnya setelah sakit sejak seminggu terakhir.
Baca Juga : Dompet Dhuafa Kembali Salurkan Bantuan Sembako untuk Korban Gempa Sulbar
“Sakit-sakitan juga anakku, kayak mau lumpuh, sakit perutnya,” keluh Basaria.
Selama 22 hari berada di tenda, dia dan anak-anaknya hanya makan mi instan. Anak-anak juga kekurangan pakaian yang layak sehingga kedinginan di malam hari karena tenda itu tidak memiliki dinding.
Juru bicara Satgas Bencana Gempa Bumi Sulawesi Barat, M. Natsir, memastikan penanganan pengungsi akan dilakukan lebih terkoordinasi dalam masa transisi darurat ke pemulihan.
Baca Juga : Asmo Sulsel dan Komunitas Motor Honda Salurkan Donasi kepada Korban Gempa Sulbar
Masa transisi darurat ke pemulihan Kabupaten Majene dan Mamuju berlangsung selama 60 hari terhitung mulai 5 Februari 2021 hingga 5 April 2021.
“Tetap, seperti fokus pada masa tanggap darurat kemarin, masalah pengungsian, masalah kesehatan, masalah sosial, infrastruktur dan lain-lain,” kata Natsir.
Penanganan pengungsian pascagempa, menurut Natsir, akan dilakukan secara lebih terorganisasi dengan melibatkan pihak-pihak terkait, yaitu Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, Pemerintah Kabupaten Mamuju dan Majene.
Baca Juga : Tim Peduli Bencana PDAM Makassar Berangkat ke Malunda Sulbar Salurkan Bantuan
Pasokan logistik bahan makanan akan tetap disediakan, termasuk untuk warga yang berada di wilayah pelosok. Menurutnya, wilayah yang sebelumnya terisolasi, saat ini sudah dapat dijangkau melalui jalur darat.
Sumber: VOA Indonesia