Kamis, 31 Desember 2020 23:57
Jonathan Pollard. (Foto: Reuters)
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Jonathan Pollard, yang telah menjalani hukuman penjara selama 30 tahun karena menjadi mata-mata bagi Israel, tiba di Israel, Rabu pagi (30/12/2020) waktu setempat, bersama istrinya.

 

Segera setelah keluar dari pesawat terbang dan menjejakkan kaki di negara itu, Pollard mencium tanah. Kepulangannya mengakhiri masalah selama puluhan tahun yang menimbulkan ketegangan di antara kedua sekutu dekat itu sejak lama.

Effi Lahav, kepala kelompok aktivis yang mengkampanyekan pembebasan Pollard dari penjara mengatakan, “Pagi ini sangat bermakna dan bersejarah. Ini sebenarnya akhir dari kegiatan selama lebih dari 35 tahun. Akhirnya beberapa jam lalu Pollard tiba di Israel. Ketika Pollard dan istrinya Esther berjalan keluar dari pesawat dan membungkuk, sementara Perdana Menteri Israel menatap nanar ketika Pollard mencium tanah. Inilah saat yang saya nantikan, harapkan dan doakan, dan upayakan selama bertahun-tahun ini. Saatnya telah tiba".

Baca Juga : Iran Berjanji Balas Pembunuhan Ismail Haniyeh oleh Israel

Jadi Mata-Mata Israel saat Bekerja di Pentagon

 

Pollard adalah seorang analis intelijen sipil di Angkatan Laut Amerika Serikat yang menjual rahasia militer pada Israel ketika bekerja di Pentagon tahun 1980-an.

Ia ditangkap tahun 1985 setelah gagal mendapatkan suaka politik di Kedutaan Besar Israel di Washington DC dan mengaku bersalah.

Baca Juga : Korban Tewas di Palestina Tembus 14 Ribu Orang, 5.600 Anak-anak

Pollard dijatuhi hukuman seumur hidup dan pejabat-pejabat pertahanan dan intelijen Amerika telah secara konsisten menolak pembebasannya.

Namun, setelah menjalani hukuman selama 30 tahun di penjara federal, ia dibebaskan pada 20 November 2015 dan dikenai pembebasan bersyarat selama lima tahun, yang berakhir November lalu. Hal ini memuluskan niatnya untuk meninggalkan AS.

Pollard tiba dengan pesawat pribadi yang disediakan oleh raja kasino Amerika Sheldon Adelson, miliuner pendukung Netanyahu dan juga Presiden Amerika Donald Trump.

Baca Juga : Tidak Bertindak atas Kekerasan Israel Terhadap Palestina, FIFA Dikecam

Lahav mengatakan kedatangannya sedianya dilakukan secara rahasia, karena. "Kami tidak ingin menentang siapa pun ... yang pasti tidak ingin menentang Amerika," ujarnya.

Sumber: VOA Indonesia