Senin, 28 Desember 2020 10:33
Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut COVID-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir di dunia. Bahkan upaya meningkatkan kesehatan manusia akan sia-sia.

 

Hal ini akan terjadi apabila dunia tidak mengatasi perubahan iklim dan kesejahteraan hewan. Melansir AFP, Tedros menyebut sudah waktunya dunia berubah dan belajar dari pandemi COVID-19.

"Sudah terlalu lama, dunia telah beroperasi dalam siklus kepanikan dan pengabaian," kata Tedros dalam pesan video terkait "Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional", Ahad (27/12/2020).

Baca Juga : Inilah Keppres Penetapan Berakhirnya Status Pandemi Covid-19 di Indonesia

"Kita membuang uang saat terjadi wabah dan ketika sudah berakhir, kita melupakannya dan tidak melakukan apa pun untuk mencegah wabah berikutnya. Ini sangat picik, dan terus terang sulit untuk dipahami."

 

Pernyataannya ini juga terkait laporan tahunan pertama Dewan Pengawasan Kesiapsiagaan Global September 2019 tentang kesiapan dunia untuk keadaan darurat kesehatan. Planet ini dikatakan sangat tidak siap untuk pandemi yang berpotensi menghancurkan.

"Sejarah memberi tahu kita bahwa ini bukan pandemi terakhir dan epidemi adalah fakta kehidupan," kata Tedros.

Baca Juga : WHO Akhiri Status Darurat Kesehatan Global Covid-19

"Pandemi telah menyoroti hubungan erat antara kesehatan manusia, hewan, dan planet."

"Setiap upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia akan gagal kecuali mereka mengatasi kritis antara manusia dan hewan, dan ancaman perubahan iklim yang membuat bumi kita kurang layak huni."

Sementara itu, 80 juta warga dunia telah terinfeksi corona sejak kasus pertama kali muncul di Wuhan. Ada 1,76 juta orang meninggal setelah terinfeksi COVID-19.

Baca Juga : WHO: Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Bisa Capai 20 Ribu Jiwa

Tedros mengatakan semua negara harus berinvestasi dalam kapasitas kesiapsiagaan untuk mencegah, mendeteksi dan mengurangi segala jenis keadaan darurat. Termasuk menyerukan penyediaan perawatan kesehatan primer yang lebih kuat.