Selasa, 22 Desember 2020 21:03
Ilustrasi.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Seorang buronan di Tiongkok menyerahkan diri ke polisi usai empat tahun dalam pelarian. Pandemi Covid-19 dan kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah membuatnya kehabisan tempat untuk bersembunyi.

 

Qiu Binhua, warga Kota Shenmu, Provinsi Shaanxi, adalah tersangka atas dugaan pencurian mayat dan menjualnya untuk sebuah ritual.

Dia melarikan diri ke daerah Hulestai Sumu, di bagian barat Mongolia Dalam. Di sana petugas membatasi pergerakan orang dan mendirikan pos pemeriksaan untuk memindai kode QR para pelintas.

Baca Juga : Inilah Keppres Penetapan Berakhirnya Status Pandemi Covid-19 di Indonesia

"Qiu, yang telah panik dalam waktu yang lama, berada di bawah tekanan dan akhirnya menyerahkan diri ke Polisi Hulestai pada 11 Februari. Tanpa KTP dia tidak bisa lari," kata polisi dalam sebuah pengumuman setelah penangkapannya, dikutip dari CNN, Selasa (22/12/2020).

 

Para buronan menghadapi tantangan baru saat harus bersembunyi di saat pandemi global terjadi. Itu karena pergerakan mereka pun makin terbatas. Beberapa terpaksa menyerahkan diri, sementara yang lain ditangkap saat melakukan perjalanan.

Aparat hukum ditengarai memanfaatkan situasi untuk meningkatkan upaya mereka dalam memburu para tersangka. Perubahan gaya hidup para tersangka di tengah karantina wilayah dan pandemi membuka celah yang bisa dimanfaatkan aparat untuk melanjutkan pengejarannya.

Baca Juga : WHO Akhiri Status Darurat Kesehatan Global Covid-19

Kepolisian Inggris misalnya, membuat operasi pengejaran khusus para buronan selama lockdown dengan kode Operasi Suricate.

Badan Kejahatan Nasional (NCA) Inggris mencatat hampir 300 buronan mereka tangkap selama karantina wilayah pasa musim semi kemarin.

"Secara substansial, ini lebih (banyak) dari yang biasanya kami lihat," kata Manajer Operasi Biro Kejahatan Internasional MCA Arthur Whitehead.

Baca Juga : Presiden Jokowi: Budaya Gotong Royong Indonesia Bisa Lewati Pandemi Covid-19

"Lockdown adalah hal unik bagi kami karena itu menghasilkan kesempatan untuk membatasi pergerakan para penjahat yang berusaha menghindari kami," kata Whitehead.

Whitehead menjelaskan kebijakan karantina wilayah atau lockdown dan Covid-19 membuat orang-orang mengubah perilaku mereka sehingga orang menjadi lebih bergantung pada teknologi dan pada tempat mereka berada.

Sumber: CNN