Selasa, 24 November 2020 16:02

Amerika Serikat Mundur dari Perjanjian "Open Skies"

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Menurut Trump, kemampuan militer AS telah ditipu atau dibatasi secara tidak adil. Departemen Luar Negeri AS mengukuhkan langkah itu.

RAKYATKU.COM - Amerika Serikat secara resmi mundur dari Perjanjian Open Skies atau Perjanjian Angkasa Terbuka, perjanjian pengendalian dan verifikasi senjata.

AS berulang kali menuduh Rusia melanggar perjanjian yang sudah berusia 18 tahun itu.

Keputusan AS itu merupakan pukulan terbaru bagi sistem pengendalian senjata internasional yang berulang kali dicemooh Presiden Amerika Donald Trump.

Baca Juga : AS Kirim VAMPIRE ke Ukraina 

Menurut Trump, kemampuan militer AS telah ditipu atau dibatasi secara tidak adil. Departemen Luar Negeri AS mengukuhkan langkah itu.

Deplu AS mengatakan sudah enam bulan sejak pemberitahuan keluar disampaikan dan bahwa "Amerika keluar dari perjanjian mulai 22 November 2020, dan tidak lagi terlibat dalam Open Skies Treaty."

Dewan Keamanan Nasional mengukuhkan pengunduran itu dan menambahkan bahwa "Rusia secara mencolok melanggar [perjanjian] itu selama bertahun-tahun."

Baca Juga : Penembakan Massal Terjadi di Berbagai Kota AS, Lebih dari 12 Orang Tewas

Dewan itu mengutip penasihat keamanan nasional Robert O'Brien yang mengatakan langkah itu adalah bagian dari upaya "mengutamakan Amerika dengan mengundurkan diri dari perjanjian usang yang telah menguntungkan musuh kita dengan mengorbankan keamanan nasional kita."

Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengumumkan niat Amerika keluar dari perjanjian itu pada 21 Mei. Pengumuman itu sekaligus pemberitahuan kepada 34 anggota Open Skies, yang sesuai aturan, harus disampaikan enam bulan sebelumnya.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk keputusan AS. Ditandatangani pada 1992, perjanjian yang mulai berlaku pada 2002 itu memungkinkan 34 anggotanya melakukan penerbangan pengawasan dengan pemberitahuan singkat dan tanpa senjata di atas wilayah udara satu sama lain, untuk mengumpulkan data tentang pasukan dan aktivitas militer. Lebih dari 1.500 penerbangan telah dilakukan berdasar perjanjian itu.

Baca Juga : Kremlin Tuduh AS Terlibat dalam Dugaan Upaya Pembunuhan Putin

Pendukung perjanjian itu mengatakan penerbangan tersebut membantu membangun kepercayaan dengan menunjukkan bahwa, misalnya, musuh tidak secara diam-diam mengerahkan pasukan atau bersiap melancarkan serangan.

Sumber: VOA Indonesia

#Amerika Serikat