Rabu, 18 November 2020 23:02

Alokasikan Rp123,46 Triliun, Pemerintah Bangkitkan UMKM Lewat Digitalisasi dan P3K

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
TM Zakir Machmud
TM Zakir Machmud

Digitalisasi UMKM menjadi agenda besar pemerintah untuk melakukan pemulihan juga transformasi ekonomi digital.

RAKYATKU.COM -- Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mulai bangkit perlahan-lahan. Pemerintah berusaha membantu mereka bertransformasi ke digitalisasi.

Selain berupaya menekan laju kasus positif Covid-19, pemerintah juga mengupayakan pemulihan perekonomian nasional lewat beragam program. Pemerintah mengalokasikan anggaran Rp695,2 triliun untuk perekonomian dan kesehatan.

Salah satu alokasi anggaran tertinggi adalah untuk menyokong usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), sebesar Rp123,46 triliun. Bentuknya, berupa program subsidi bunga, penjaminan kredit, relaksasi pajak, dan bantuan produktif.

Baca Juga : Kasus Covid-19 Indonesia Meningkat Lagi, Kini Total 6.080.451

Pemerintah juga melakukan pendampingan bagi pengelolaan usaha, sumber daya manusia, sarana prasarana, termasuk memfasilitasi digitalisasi UMKM.

Digitalisasi UMKM pada dasarnya adalah agenda besar pemerintah untuk melakukan pemulihan juga transformasi ekonomi digital.

Bagi UMKM konvensional yang selama ini lebih banyak bertransaksi secara tradisional, bertatap muka baik dengan konsumen maupun penyedia bahan baku, digitalisasi akan sangat membantu di masa pandemi ini.

Baca Juga : Aturan Mudik Lebaran: Wajib Pakai Masker Tiga Lapis, Dilarang Teleponan

"Sekarang salah satu cara bertahan di saat pandemi adalah digitalisasi. Dengan bertransformasi secara digital, hubungan dengan konsumen maupun dengan penyedia bahan baku bisa dilakukan," ujar TM Zakir Machmud, kepala UKM Center Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia.

Zakir menjadi narasumber dalam dialog produktif bertema “Naik Kelas UMKM Lewat Digitalisasi” yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (18/11/2020).

Upaya mendigitalisasi proses bisnis pelaku UMKM, terutama yang masih asing dengan perkembangan teknologi, masih sulit karena terbentur pola pikir pelakunya sendiri.

Baca Juga : Satgas COVID-19: Buka Puasa Bersama Boleh, tetapi Jangan Mengobrol

“Jadi walaupun kita bicara digitalisasi, kita tetap harus melakukan pendampingan. Pendampingan itu macam-macam bentuknya. Bisa melalui training, coaching, gathering, dan konsultasi. Intinya UMKM harus mempersiapkan diri ke arah digitalisasi,” ungkap Zakir.

Head of Sales Wahyoo startup aplikasi bagi usaha warung makan, Triatmojo Suprasetyo tidak menampik apabila saat ini, segala aspek tengah bertransformasi ke arah digitalisasi untuk menjawab lansekap perubahan akibat pandemi Covid-19.

“Dukungan digitalisasi khususnya pada warung-warung makan berimbas positif pada pelaku bisnis. Dukungan yang kami berikan kita sebut P3K (pelatihan, pembimbingan, pendapatan, dan kemudahan). Ini yang menaikkan derajat pelaku UMKM kita, terutama pemilik warung makan,” katanya.

Baca Juga : Update COVID-19 Indonesia 21 Januari: Naik 2.604, Kasus Aktif 14.119

Kehadiran aplikasi seperti Wahyoo turut membantu mentransformasi UMKM ke arah proses bisnis digital.

"Mereka itu kita bantu naik kelas dengan digitalisasi dari segi apapun. Mulai dari digitalisasi pembukuan, dari situ kita bisa lihat cashflow mereka, kita bisa tahu apa kebutuhan mereka," terang Triatmojo.

Perjalanan ke arah proses bisnis digital ini diakui Zakir membawa perubahan.

Baca Juga : Total Kasus Positif COVID-19 Indonesia Capai 4.261.759

“Jangan lupa, bahwa dengan digital itu ada peluang baru juga yang akan muncul. Peluang baru ini akan besar efeknya dalam perekonomian. Istilahnya dalam perubahan itu pasti ada yang dikalahkan (looser) dan yang bangkit (gainer),” lanjutnya.

Kehadiran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menurut Zakir sendiri merupakan bentuk kehadiran negara bagi pelaku UMKM.

“Namun harus kita lihat yang bisa memanfaatkan hal itu jumlahnya masih terbatas, karena mayoritas UMKM ada di level mikro yang belum tersentuh layanan perbankan, atau belum memiliki NPWP, sehingga butuh penanganan khusus seperti Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM), ini yang membantu usaha Mikro yang sebelumnya turun paling tidak kembali ke titik semula,” urainya.

Baca Juga : Total Kasus Positif COVID-19 Indonesia Capai 4.261.759

“Kuncinya saat ini adalah segera berubah dari segi inovasi, sehingga UMKM bisa menaikan kelas. Jadi harus benar-benar melek digital”, pesan Triatmojo.

Saat ini dengan perubahan situasi, UMKM harus mampu beradaptasi, salah satu caranya adalah dengan digitalisasi dan mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia baru.

“Digital itu bukan sekadar masuk saja, tapi mempersiapkan diri untuk perubahan dan konsekuensinya nanti,” tutup Zakir.

Baca Juga : Total Kasus Positif COVID-19 Indonesia Capai 4.261.759

 

#Satgas Covid-19