RAKYATKU.COM - Syamsuddin mendapat pengalaman hidup yang langka. Tekadnya mendulang ringgit berbuah kenangan yang takkan terlupakan.
Pria asal Makassar itu awalnya bekerja di Nunukan Kalimantan Utara. Tepatnya di Krayan. Dia bekerja sebagai tukang di sana.
Setelah sembilan tahun bekerja, dia mencoba peruntungan lain. Menyeberang ke Malaysia. Dia mendapat tawaran menggiurkan dari seseorang yang baru dikenalnya.
Baca Juga : Malaysia Healthcare Expo Kembali Digelar di Makassar, Catat Tanggalnya Banyak Promo Menarik
Mimpi untuk mendapat penghasilan besar ternyata tak sesuai harapan. Alih-alih bisa membawa ringgit, dia malah tak diberi upah sama sekali.
Ini sebenarnya fenomena yang banyak dialami warga Indonesia di Malaysia. Mereka jadi korban calo. Upah yang seharusnya diberikan kepada pekerja telah lebih dahulu diambil calo. Sebagai jasa mendatangkan pekerja.
Tak tahan bekerja tanpa gaji, Syamsuddin nekat pulang. Bukan lewat pelabuhan, apalagi bandara. Itu tak mungkin. Apalagi dia ke Malaysia melalui jalur ilegal.
Baca Juga : Babak Pertama Kualifikasi Piala Asia U-17, Indonesia Tertinggal 5-0 atas Malaysia
Menerobos hutan belantara adalah pilihan yang realistis. Menlusuri hutan Krayan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Dia berjalan kaki seorang diri. Hanya mengandalkan insting. Sambil terus berharap segera tiba di Nunukan. Pria 51 tahun itu hanya berbekal air minum, vetsin, dan garam.
Selama berjalan berhari-hari, Syamsuddin mengaku tak menemukan satu pun buah-buahan yang dapat dimakan. Dia hanya menaburkan garam atau vetsin ke lidahnya, kemudian meminum air putih untuk mengganjal perut yang lapar.
Baca Juga : Pemerintah Gratiskan Jalan Tol untuk Mudik Warganya ... di Malaysia
"Jadi dia rasa-rasa saja itu garam dan vetsin. Nah, hanya itu saja dia bawa bekal, tidak ada dia bilang jumpa pohon buah, hewan juga tidak ada dijumpa selama jalan kaki berapa malam itu," kata Nursiah, istri Syamsuddin, seperti dikutip dari Kompas.com.
Selama dalam perjalanan, Syamsuddin kerap mendengarkan suara-suara hewan buas. Beruntung, tak satu pun hewan buas dia temui.
Nursiah menduga suaminya terlindungi karena tidak pernah meninggalkan ibadah meski berada di tengah hutan.
Baca Juga : Warga Batal Puasa Berjemaah gara-gara Radio Siarkan Azan Magrib Empat Menit Lebih Cepat
"Dari dulu dia (Syamsuddin) tidak pernah itu yang namanya tinggalkan salat. Selalu dia bangun malam tahajud, itu juga yang dia cerita. Kenapa jelas sekali banyak suara binatang buas, tapi tidak ada sedikit pun sentuh dia, biar di hutan, tahajud dia selalunya," tutur Nursiah.
Syamsuddin dilaporkan hilang pada 16 September 2020. Saat itu sudah berhari-hari tak ada kabar darinya. Baru pada 23 September 2020, Syamsuddin menghubungi keluarga dan mengabarkan kondisinya baik-baik saja.