Kamis, 27 Agustus 2020 16:31
Ilustrasi. (Foto: Anadolu Agency)
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Pemerintah Tiongkok melayangkan protes resmi ke pemerintah Amerika Serikat (AS), menuduh mereka memata-matai latihan militernya.

 

Menurut laporan Tiongkok, AS mengirimkan dua pesawat pengintai U-2 di atas kawasan dilarang terbang alias no-fly zone.

Dikutip dari Reuters, Militer Tiongkok tengah menggelar latihan militer di sejumlah area Indo-Pasifik. Beberapa di antaranya di Laut Bohai, Laut Kuning, dan Laut Tiongkok Selatan.

Baca Juga : AS Kirim VAMPIRE ke Ukraina 

"Apa yang mereka lakukan mengganggu latihan kami," ujar Kementerian Tiongkok dalam keterangan persnya, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis (27/8/2020).

 

Pemerintah Tiongkok melanjutkan bahwa apa yang dilakukan AS tidak hanya mengganggu latihan, tetapi juga berbahaya.

Itu karena apabila kedua pesawat sampai tertembak karena salah perhitungan atau salah sangka, maka hal itu bisa berujung pada masalah yang lebih serius.

Baca Juga : Penembakan Massal Terjadi di Berbagai Kota AS, Lebih dari 12 Orang Tewas

Tiongkok berharap kejadian ini tidak terjadi lagi dan AS hanya menerbangkan pesawatnya di zona seharusnya. Jika tidak, maka hal itu akan dianggap sebagai tindakan provokasi.

"Menurut kami, apa yang terjadi kemarin bisa dianggap provokasi. Kami sangat menentangnya dan sudah memberikan keluhan ke AS," ujar Kementerian Pertahanan Tiongkok.

Dalam kesempatan terpisah, militer AS membenarkan bahwa mereka telah mengirim dua pesawat pengintai U-2. Namun, mereka membantah telah melanggar zona dilarang terbang untuk kawasan Indo-Pasifik.

Baca Juga : Kremlin Tuduh AS Terlibat dalam Dugaan Upaya Pembunuhan Putin

Mereka pun berdalih bahwa untuk mengawasi latihan militer Tiongkok, mereka tidak harus sampai masuk ke zona dilarang terbang.

U-2, kata militer AS, mampu terbang setinggi 70 ribu kaki dan mengawasi dari jarak jauh. "Pasukan kami di wilayah pasifik akan tetap terbang di mana pun yang diakui hukum internasional," demikian pernyataan militer AS.


Sumber: Reuters