Selasa, 11 Agustus 2020 20:02
Bill Gates. (Foto: Reuters(
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Bill Gates kembali melorkan kritik terkait kebijakan pemrintah Amerika Serikat dalam upaya penanganan wabah Covid-19.

 

Founder Microsoft ini menyebut sistem pengujian di AS sebagai sebuah kegilaan karena gagal menyelesaikan masalah. Malah justru menghasilkan kerugian besar.

Dalam wawancaranya dengan CNN, Gates menyoroti lamanya proses penerimaan hasil tes Covid-19 di AS. "Anda tidak bisa meminta pemerintah federal untuk meningkatkan pengujian karena mereka hanya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu," ungkap Gates kepada CNN.

Baca Juga : AS Kirim VAMPIRE ke Ukraina 

Pemerintah, kata Gates, perlu membuat laman web khusus untuk mendata siapa saja yang diprioritaskan untuk menjalani tes. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat proses pencegahan.

 

"Anda membayar miliaran dolar dengan cara yang sangat tidak adil untuk mendapatkan hasil tes paling tidak berharga dari negara mana pun di dunia," beber Gates.

Seharusnya, kata dia, warga tidak perlu membayar mahal untuk sebuah tes dengan hasil yang baru keluar beberapa hari kemudian. Hasil tes juga dianggap tidak benar-benar akurat.

Baca Juga : Penembakan Massal Terjadi di Berbagai Kota AS, Lebih dari 12 Orang Tewas

Gates juga mengkritik kebijakan lockdown yang dianggap terlambat diambil oleh pemerintah AS. Ia Dia menjadikan negara-negara Eropa yang telah cukup berhasil menerapkan lockdown lebih awal.

"Yang mengesankan adalah bahwa Italia, Perancis, dan Spanyol yang mengalami dampak lebih awal dari AS, telah berhasil menguasai keadaan di fase terburuk dan menjaga wilayah lain untuk tidak terkena dampak yang signifikan,"

Gates membandingkan kondisi antara negara Eropa dengan AS yang sangat jauh berbeda. Di saat wabah mulai merebak, AS masih nekad membuka bar dan tempat hiburan.

Baca Juga : Kremlin Tuduh AS Terlibat dalam Dugaan Upaya Pembunuhan Putin

Bahkan penggunaan masker juga tidak diwajibkan. Hasilnya saat ini AS menjadi negara dengan catatan korban infeksi terbanyak dan berpotensi akan terus bertambah.