Kamis, 23 Juli 2020 07:18
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani saat meninjau sejumlah titik banjir bandang.
Editor : Mulyadi Abdillah

RAKYATKU.COM, LUWU UTARA - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia menyebutkan bahwa Kabupaten Luwu Utara masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi. Untuk itu, masyarakat Kabupaten Luwu Utara tetap diminta untuk selalu waspada terhadap potensi bencana banjir bandang susulan di kemudian hari.

Hal ini diungkap Koordinator Bagian Informasi dan Humas Komando Tanggap Darurat Bencana Banjir Bandang Luwu Utara, Arief R. Palallo, usai mengikuti Rakor Penanganan Bencana Banjir Bandang dan Tanah Longsor Luwu Utara yang dilaksanakan secara virtual oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Rabu (22/7/2020).
 

Arief menyebutkan, Badan Geologi Kementerian ESDM adalah lembaga yang memiliki otoritas untuk melakukan pemetaan zona kerentanan gerakan tanah. “Jadi tanah kita ini memiliki gerakan tanah yang sangat rentan bergerak, sehingga ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, maka berpotensi terjadi pergerakan tanah di wilayah pegunungan,” jelas Arief.

Untuk itu, kata Arief, masyarakat Luwu Utara tetap diminta untuk waspada terhadap potensi terjadinya banjir bandang susulan. “Salah satu rekomendasi dalam rapat tadi adalah masyarakat tetap diminta waspada terhadap potensi terjadinya banjir bandang susulan, karena intensitas curah hujan juga masih cukup tinggi alias di atas normal,” terang Arief.

Baca Juga : Jadi Inspektur Upacara HUT RI Ke-79, Bupati Liuwu Utara: Ini Tahun Terakhir Saya Memimpin Upacara Bendera

Masih kata Arief, berdasarkan kajian Badan Geologi Kementerian ESDM, potensi gerakan tanah di bulan Juli masih tetap ada. “Hujan sampai saat ini kan masih terjadi, sehingga gerakan tanah di daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, bisa memicu kembali terjadinya pergerakan tanah yang lebih aktif dan mudah untuk bergerak,” ujar Kadis Kominfo Luwu Utara ini.

 

Lebih jauh Arief mengatakan, penyebab lain dari banjir bandang kemarin berdasarkan kajian Badan Geologi adalah adanya gangguan kestabilan lereng, di mana terjadi peningkatan kejenuhan lereng yang menyebabkan terjadinya longsor di batas sungai. Dan ini, sebut dia, telah berlangsung beberapa bulan terakhir sebelum terjadinya banjir bandang kemarin.

Untuk mengantisipasinya, Badan Geologi Kementerian ESDM juga memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak membangun rumah atau tempat berkumpul di sekitar aliran sungai. Untuk yang di hulu, masyarakat diminta menanam tumbuhan vegetasi berakar dalam dan kuat guna menahan lereng bekas longsor di pegunungan Magandang dan Lero.