Minggu, 12 Juli 2020 15:05

Turki Kembalikan Hagia Sophia Sebagai Masjid, Sholat Jemaah Digelar 24 Juli 2020

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Hagia Sophia (Shutterstock.com)
Hagia Sophia (Shutterstock.com)

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menetapkan Hagia Sophia resmi berfungsi sebagai masjid. Sedangkan Sholat Jemaah pertama akan dilaksanakan pada 24 Juli 2020.

RAKYATKU.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menetapkan Hagia Sophia resmi berfungsi sebagai masjid. Sedangkan Sholat Jemaah pertama akan dilaksanakan pada 24 Juli 2020.

Erdogan menetapkan keputusan tersebut satu jam setelah Dewan Negara membatalkan kebijakan Mustafa Kemal Ataturk yang memfungsikan Hagia Sophia sebagai museum pada 1934 lalu. Dewan Negara menyatakan keputusan pemerintah sekuler tersebut bertentangan dengan hukum.

Erdogan menyatakan Hagia Sophia tetap terbuka bagi Muslim, umat Kristen, maupun warga asing. Tetapi, warga Turki berhak untuk menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid.

Dia mengabaikan kritik internasional atas alih fungsi Hagia Sophia sebagai masjid. Secara tegas, Erdogan menyatakan kritik tersebut sebagai serangan atas kedaulatan Turki.

" Mereka yang tidak bertindak melawan Islamofobia di negerinya sendiri, menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak-hak kedaulatannya," kata Erdogan, dikutip dari Aljazeera.

Hagia Sophia dibangun 1.500 tahun lalu sebagai katedral bagi umat Kristen Ortodoks. Bangunan kolosal tersebut dialihfungsikan sebagai masjid setelah Kekaisaran Ottoman menaklukkan Konstantinopel, sekarang bernama Istanbul, pada 1453.

Pemerintah Sekuler Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Attaturk mengubah fungsi Hagia Sophia dari tempat ibadah menjadi museum pada 1934. Fungsi sebagai masjid kemudian dikembalikan oleh Erdogan pada Jumat lalu dan menyatakan umat Islam bisa kembali sholat di Situs Warisan Dunia UNESCO tersebut pada 24 Juli 2020.

Keputusan itu ditetapkan meski ada seruan sekutu di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), tepatnya dari Amerika Serikat dan Rusia. Yunani mengecam keputusan tersebut dan menyebutnya sebagai provokasi, sementara Prancis menyesalkan hal itu.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko, menyatakan Moskow menyesalkan keputusan tersebut.

" Katedral (Hagia Sophia) ada di wilayah Turki, tetapi itu adalah warisan semua orang tanpa keraguan," kata Grusko.

Dewan Gereja Sedunia mengirim surat kepada Erdogan, mengungkapkan kesedihan dan kegelisahan. Mereka pun meminta Erdogan untuk mengubah keputusannya.

" Sebagai museum Warisan Dunia, Hagia Sophia telah menjadi tempat keterbukaan, pertemuan, dan inspirasi bagi orang-orang dari semua bangsa," demikian pernyataan Sekretaris Jenderal Sementara Dewan Gereja Dunia, Ioan Sauca, dalam surat yang dirilis pada Sabtu kemarin.

Sauca menambahkan status museum pada Hagia Sophia menunjukkan semangat yang kuat atas komitmen Turki pada inklusi dan sekulerisme.

sumber: dream.co.id