Senin, 06 Juli 2020 19:01

Temuan 239 Ilmuwan: Virus Corona dapat Menular Lewat Udara

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Temuan 239 Ilmuwan: Virus Corona dapat Menular Lewat Udara

Ratusan ilmuwan mengatakan ada bukti menyatakan virus corona dalam partikel yang lebih kecil di udara bisa menulari manusia dan menyerukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) merevisi rekomendasi untuk penang

RAKYATKU.COM - Ratusan ilmuwan mengatakan ada bukti menyatakan virus corona dalam partikel yang lebih kecil di udara bisa menulari manusia dan menyerukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) merevisi rekomendasi untuk penanganan pandemi Covid-19. Demikian dilaporkan harian the New York Times Sabtu kemarin.

Korban yang tertular virus corona selalu bertambah di seluruh dunia dari mulai di restoran, bar, kantor, pasar, hingga casino. Hal itu semakin memperkuat kesimpulan yang sudah dikatakan para ahli sejak beberapa bulan lalu: virus corona bisa bertahan di udara dan menulari orang yang berada di sekitarnya.

Dikutip dari laman the New York Times, Sabtu (4/7), jika penularan lewat udara menjadi faktor penting dalam pandemi ini, terutama di ruangan yang penuh sesak dan ventilasi yang buruk, maka konsekuensi penanganan yang tepat menjadi penting. Masker diperlukan di dalam ruangan, bahkan dalam praktik menjaga jarak. Petugas medis perlu memakai masker N95 yang bisa mencegah partikel terkecil ketika mereka tengah merawat pasien covid-19.

WHO sebelumnya mengatakan virus corona menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikan dari hidung atau mulut yang terjadi ketika pasien Covid-19 batuk, bersin, atau berbicara.

Dalam surat terbuka kepada WHO yang rencananya akan dirilis ke publik lewat jurnal ilmiah pekan depan, 239 ilmuwan di 32 negara mengatakan ada bukti partikel terkecil virus corona bisa menulari orang.

WHO sejauh ini belum menjawab permintaan tanggan dari kantor berita Reuters.

Virus corona bisa menyebar lewat udara, baik dari percikan dalam jumlah besar setelah pasien bersin atau lewat partikel yang lebih kecil yang bertahan di udara di dalam ruangan. Virus itu bisa menulari orang ketika dia menghirup napas, kata para ilmuwan, seperti dilaporkan the New York Times.

Sistem ventilasi di sekolah, rumah jompo, rumah tinggal, dan perkantoran harus meminimalisir berputarnya kembali udara dan harus ada penambahan sistem saringan udara. Sinar ultraviolet bisa diperlukan untuk membunuh partikel virus yang mengambang di udara dalam jumlah kecil di ruangan tertutup.

Sebelumnya WHO mengatakan bukti yang menyatakan virus corona menyebar lewat udara masih kurang meyakinkan.

"Terutama dalam dua bulan terakhir, kami sudah berulang kali mengatakan bahwa kami mempertimbangkan penularan lewat udara tapi itu tidak didukung dengan bukti yang kuat dan jelas," kata Dr Benedetta Alegranzi, kepala teknis pencegahan dan penularan penyakit WHO, seperti dikutip merdeka.com dari the New York Times.

Pada awal April, 36 pakar kualitas udara dan aerosol (abu) mendesak WHO untuk mempertimbangkan kian bertambahnya bukti tentang penularan corona lewat udara.

Dr Morawska dan yang lainnya menyoroti sejumlah kejadian yang menjadi pertanda telah terjadi penularan lewat udara, terutama di tempat yang ventilasi udaranya buruk dan penuh sesak orang.

"Kami sudah mengetahui sejak 1946, batuk dan berbicara itu mengeluarkan aerosol (percikan abu)," kata Lindsery Marr, ahli penularan penyakit dari virus lewat udara di Virginia Tech.

Senada dengan Morawska, Dr Bill Hanage, epidemiologis di Sekolah Kesehatan Umum Harvard T.H Chan, mengatakan percikan yang mengambang di udara bisa menulari orang.

"Kami mengetahui penularan lewat udara berarti ada percikan yang mengambang di udara dan bisa menulari Anda hingga beberapa jam kemudian, berpindah ke jalanan lewat kotak surat atau bisa masuk ke rumah lewat mana saja," kata Hanage.