Kamis, 12 Desember 2019 02:00

Lebih 50 Korban Pelecehan Seksual di Gereja Katolik Indonesia

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Lebih 50 Korban Pelecehan Seksual di Gereja Katolik Indonesia

Majalah mingguan Warta Minggu melaporkan bahwa setidaknya 56 orang mengalami pelecehan seksual di gereja-gereja Katolik di seluruh Indonesia.

RAKYATKU.COM - Majalah mingguan Warta Minggu melaporkan bahwa setidaknya 56 orang mengalami pelecehan seksual di gereja-gereja Katolik di seluruh Indonesia.

Majalah yang diterbitkan oleh paroki Katolik Roma Tomang di Jakarta Barat itu memuat laporan yang berjudul "Pelecehan Seksual di Gereja-Gereja Indonesia: Sebuah Fenomena Gunung Es?"

Laporan itu diterbitkan pada hari Minggu. Dan didasarkan pada diskusi yang diadakan di Universitas Atma Jaya pada akhir November lalu, dikutip dari The Jakarta Post, Kamis (12/12/2019).

Selama diskusi, sekretaris komisi seminari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Joseph Kristanto mengatakan bahwa timnya telah menerima laporan dari informan yang merinci setidaknya 56 korban. 

Walaupun dia tidak memiliki data pasti tentang jumlah korban pelecehan seksual di gereja-gereja Katolik di negara itu. 

"Jumlah itu termasuk 21 korban dari kalangan seminaris dan frater, 20 biarawati dan 15 umat awam," kata Kristanto seperti dikutip Warta Minggu.

"Siapa pelakunya? Ada 33 pastor dan 23 pelaku non-pastor. Banyak insiden terjadi di pusat-pusat pendidikan untuk calon pastor."

Kristanto mengatakan data hanya mewakili "puncak gunung es." 

"Ada 37 keuskupan agung di Indonesia. Jika setiap keuskupan agung memiliki bahkan lima atau 10 kasus, hitung saja sendiri," katanya. "Dan itu hanya di keuskupan agung, tidak termasuk sekolah atau panti asuhan."

Kristanto mengatakan salah satu cara KWI berusaha mencegah penyalahgunaan seperti itu adalah melalui seleksi ketat dan proses pendidikan untuk para seminaris. 

Lidia Laksana Hidayat, seorang psikolog dan penasihat untuk para seminaris, yang menghadiri diskusi, menggemakan komentar Kristanto dan mengatakan bahwa akar pelecehan seksual sering kali terletak pada masa lalu para pelaku kekerasan seksual. 

Lidia Laksana Hidayat, seorang psikolog dan penasihat untuk para seminaris, yang menghadiri diskusi, menggemakan komentar Kristanto dan mengatakan bahwa akar pelecehan seksual sering kali terletak pada masa lalu para pelaku kekerasan seksual.