Kamis, 28 November 2019 01:31

Kak Syam Paparkan Konsep Kepemimpinan Adat Kajang di Bawaslu Bogor

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Syamsuddin Alimsyah (kanan), usai menjadi pemateri dalam  kegiatan Sekolah Pengawasan Partisipatif Bawaslu Kabupaten Bogor, di Cisarua, Senin, (25/11/2019) lalu.
Syamsuddin Alimsyah (kanan), usai menjadi pemateri dalam kegiatan Sekolah Pengawasan Partisipatif Bawaslu Kabupaten Bogor, di Cisarua, Senin, (25/11/2019) lalu.

Pendiri Kopel Indonesia, Syamsuddin Alimsyah, mendapat kehormatan. Dia jadi pembicara dalam kegiatan Sekolah Pengawasan Partisipatif Bawaslu Kabupaten Bogor, di Cisarua, Senin, (25/11/2019) lalu.

RAKYATKU.COM, BOGOR - Pendiri Kopel Indonesia, Syamsuddin Alimsyah, mendapat kehormatan. Dia jadi pembicara dalam kegiatan Sekolah Pengawasan Partisipatif Bawaslu Kabupaten Bogor, di Cisarua, Senin, (25/11/2019) lalu.

Di hadapan peserta, Kak Syam begitu biasa disapa mengajak peserta untuk belajar ke Kajang, guna menjadi Pemimpin yang baik dan berintegritas.

Menurutnya, lkepemimpinan Kajang, merupakan sebuah model kepemimpinan yang sederhana, namun berintegritas tinggi.

Model kepemimpinaan masyarakat Kajang, disebut sebagai salah satu model yang ideal, dalam konteks kekinian di tengah hedonisme.

Kak Syam, yang juga bakal calon Bupati Bulukumba ini, diminta membawakan materi tentang konsep kepemimpinan berintegritas.

"Seorang pemimpin harus memiki integritas, sederhana, dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kaumnya (rakyatnya, Red)," ujar Syam.

Seorang pemimpin, lanjut mantan jurnalis ini, tidak boleh tidur sebelum semua rakyatnya tidur. Itu ciri pemimpin yang berintegritas.

"Jangan tidur jika engkau masih mendengar bunyi bunyian dari rumah tetanggamu. Karena bisa jadi tetanggamu belum makan. Maka pastikanlah semua orang sekitarmu tertidur sebelum engkau tertidur," kata Kak Syam menerjemahkan sebuah pasang atau petuah dari Kajang.

Syam mengaku, dalam kondisi budaya individualistik yang tinggi, sekarang ini betapa sulit mendapatkan pemimpin yang mau hidup sederhana. Lebih miskin dari rakyatnya.

Syam lalu bercerita konsep kehidupan masyarakat adat di Tana Toa, Kajang, Bulukumba. Konsep ini hampir sama, juga berlaku dalam sistem tata nilai masyarakat adat.

Kepala adat secara sederhana diikat adat. Tidak boleh rumahnya mencolok, jauh lebih besar dari kaumnya.

"Dalam tradisi masyarakat adat Kajang Bulukumba, kita masih menjumpai kepemimpinan yang sederhana dan berintegritas," ujarnya. 

"Dan jauh sebelumnya konsep ini, kita banyak belajar dalam masa kepeminpinan khalifah Umar. Bagaimana beliau setiap malam berkeliling mengecek memastikan kehidupan warganya," tambahnya.

Paparan ini, menarik perhatian para peserta. Mereka secara bergantian mengajukan pertanyaan.

Sekolah Pengawasan Partisipatif ini, adalah program Bawaslu Bogor angkatan pertama. Pelatihan ini, bertujuan mengkader dan membangun kesadaran masyarakat untuk secara aktif melakukan pengawasan dalam setiap momen pemilihan.

Kegiatan ini rangkaian kegiatan Bawaslu se-Jawa Barat, yang diselenggarakan bulan ini.