Sabtu, 23 November 2019 09:53

Minta Dicekik saat Bercinta, Mayat Wanita Inggris Dibuang ke Hutan

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Pria asal Selandia Baru divonis bersalah karena membunuh pelancong asal Inggris bernama Grace Millane di Auckland

RAKYATKU.COM - Pria asal Selandia Baru divonis bersalah karena membunuh pelancong asal Inggris bernama Grace Millane di Auckland. 

Pelaku mengaku diminta Millane mencekik leher perempuan itu saat berhubungan seksual.

Pembunuhan Millane terungkap usai dia dinyatakan hilang di malam ulang tahunnya pada 22 Desember 2018 lalu, beberapa hari setelah tiba di Auckland.

Millane dikabarkan mengunjungi Auckland untuk memulai tur liburannya keliling dunia selama setahun pasca-lulus dari universitas.

Berdasarkan dokumen pengadilan, Milllane dan sang pembunuh yang berusia 27 tahun bertemu di malam kematiannya. Keduanya saling kenal setelah 'match' di aplikasi kencan Tinder.

Malam itu, sang pelaku langsung membawa Millane ke apartemen. Pembunuhan terjadi di sana.

Dikutip AFP, pelaku tak menampik bahwa Millane tewas di apartemennya. Ia juga mengaku membuang jasad Millane di hutan semak belukar di luar Kota Auckland.

Otoritas Selandia Baru menemukan jasad Millane satu minggu kemudian.

Pelaku sempat mengelak bersalah. Kuasa hukum pelaku menuturkan kliennya diminta Millane mencekik leher perempuan itu saat berhubungan seksual.

Pengacara mengatakan kliennya membuang jasad korban karena panik.

Namun, jaksa menyebut cerita itu sebagai "labirin kebohongan." Jaksa juga menuturkan pelaku sempat mengambil foto-foto korban, mencari tempat-tempat yang cocok untuk membuang mayat, menonton film porno, hingga merencanakan kencan Tinder untuk keesokan harinya usai pembunuhan terjadi.

Berdasarkan keputusan pengadilan, pelaku menghadapi vonis 10 tahun penjara meski hakim bisa memperpanjang masa penahanan.

Sementara itu, orang tua Millane yang hadir dalam persidangan terlihat terisak menangis ketika putusan vonis dibacakan.

"Hukuman itu tidak akan mengurangi rasa sakit dan penderitaan yang harus kami tanggung," kata ayah David kepada wartawan di luar ruang persidangan.

"Grace diambil dari kami dengan cara yang paling brutal setahun lalu dan kehidupan keluarga kami berantakan. Ini akan terjadi pada kami selama sisa hidup kami."