RAKYATKU.COM - Mantan staf Konsulat Inggris di Hong Kong, Simon Cheng, mengaku ditangkap dan disiksa intelijen Tiongkok.
Dia mengaku aparat Tiongkok berusaha mengorek informasi terkait dugaan keterlibatan Inggris dalam aksi unjuk rasa yang sudah terjadi di wilayah itu.
Dilansir Associated Press, pengakuan Simon disampaikan secara tertulis melalui akun Facebook dan wawancara dengan stasiun televisi.
Simon menyatakan dia sempat bekerja sebagai staf bidang perdagangan dan penanaman modal.
Tugasnya adalah menarik pemodal Tiongkok untuk menanamkan investasi di Skotlandia. Makanya, dia kerap bolak-balik ke Tiongkok.
Pada suatu hari, aparat Tiongkok menangkap Simon di Kota Shenzhen saat pulang dari Inggris. Dia kemudian disekap di suatu tempat.
Simon mengatakan, selama 15 hari disekap dia disiksa dengan berbagai macam cara. Dia dibebaskan pada Agustus lalu.
"Mata saya ditutup selama interogasi. Saya selalu berkeringat dan sangat lelah, pusing hingga sulit bernapas," kata Simon.
Simon mengatakan selama ditahan itu kaki dan tangannya diikat oleh agen-agen Tiongkok yang berpakaian bebas dan dipukuli. Jam tidurnya juga dibuat kacau.
Simon juga mengatakan selalu dibawa pergi setiap hari dari tahanan ke lokasi interogasi, dengan diborgol dan mata ditutup.
Jika melamun saat ditanyai, dia mengatakan akan dihukum dengan cara lututnya dipukul dan dipaksa menyanyikan lagu kebangsaan Tiongkok.
"Seorang interogator mendesak saya untuk mengungkap peran Inggris dalam demonstrasi Hong Kong. Dia mengaku dari badan intelijen Tiongkok. Dia lalu mengatakan 'tidak ada hak asasi di tempat ini'," kata Simon.
Menurut Simon, dia disiksa supaya mau mengakui Inggris turut terlibat dalam gejolak di Hong Kong, dengan cara menyumbangkan uang dan barang serta membayar jaminan bagi para demonstran yang berasal dari daratan Tiongkok.