Senin, 11 November 2019 22:16

Siswa Dibebani Pungutan, Sekolah Tunjuk Paguyuban

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Abdul Wahab Tahir
Abdul Wahab Tahir

Pungutan untuk siswa dengan dalih pembangunan ruang kelas baru beredar di Makassar. 

RAKYATKU.COM - Pungutan untuk siswa dengan dalih pembangunan ruang kelas baru beredar di Makassar. 

Hal ini langsung ditanggapi Ketua Komisi D DPRD Makassar, Abdul Wahab Tahir. 

"Soal pungutan setiap siswa Rp150 ribu per bulan dalam rangka pembangunan ruang kelas baru, langkah SD Sudirman itu penjualan LKS dengan uang kelas. Semuanya kita minta segera dihentikan nanti tidak dilakukan pungutan lagi apapun bentuknya," ucap Wahab Tahir, Senin (11/11/2019).

Menurut laporan dari pihak sekolah, Wahab Tahir menyebut hal tersebut diambil melalui paguyuban. Ia menilai hal tersebut tak bisa dipermainkan. 

"Makanya kami imbau kepada seluruh paguyuban untuk tidak melakukan kegiatan seperti itu. Kalau ada sumbangan sukarela silakan tetapi jangan dipermanenkan atau dilembagakan," tambah legislator dari Partai Golkar ini. 

Pasca beredarnya informasi tersebut, Komisi D akan menindaklanjuti dengan mengundang seluruh kepala SMP se-Kota Makassar dalam rapat kerja di Badan Anggaran, Rabu (13/11/2018). 

Adanya dugaan pembebanan iuran sekolah kepada murid bukan hanya terjadi di SD Sudirman saja. Namun, juga terjadi di SMP 13 Makassar. 

Kepala SMP 13 Makassar, Ramli membantah adanya pungutan kepada siswa. Ia menyebut ruang kelas di sekolahnya telah cukup menampung siswa yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. 

"Ruang kelas kami sudah cukup. Tidak ada pungutan untuk pembangunan kelas," ungkap Ramli.

Namun menurut Ramli, pungutan tersebut dilakukan sendiri oleh orang tua siswa yang tergabung dalam paguyuban. Pungutan itu untuk kebutuhan kelas. Dananya pun dikelola paguyuban sendiri.

Dikatakan, di sekolahnya diberlakukan kelas menetap sejak tahun 2016 lalu. Dari kelas 1 hingga kelas 3 para siswa tetap menempati ruangan yang sama. Di sekolah ini pula berlaku sekolah hanya lima hari dalam sepekan. 

"Jadi para orang tua berinisiatif memperbaiki kelas masing-masing. Bahkan pernah ada kelas yang oleh paguyuban belikan AC. Mereka sendiri yang mengelola, termasuk bendaharanya. Jadi setiap kelas beda tema. Siswa yang baru, masuk di kelas tiga yang tamat," tambahnya.