Rabu, 06 November 2019 14:50

Kerabat Pendiri Sekte Poligami Tewas Dibantai Kartel Narkoba Meksiko

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Rhonita Maria LeBaron, bersama suami dan anak-anaknya.
Rhonita Maria LeBaron, bersama suami dan anak-anaknya.

Kerabat pemimpin sekte seks NXIVM dari Keith Raniere LeBaron, menjadi korban kejahatan kartel narkoba.

RAKYATKU.COM, MEKSIKO - Kerabat pemimpin sekte seks NXIVM dari Keith Raniere LeBaron, menjadi korban kejahatan kartel narkoba.

Senin, 4 November 2019 lalu. Sembilan anggota keluarga LeBaron, diserang saat bepergian dalam konvoi tiga SUV di jalan tanah. Sekitar delapan mil jauhnya dari kediaman mereka.

Senin, LeBaron membenarkan, bahwa beberapa anggota keluarganya telah dibakar hidup-hidup dalam pembantaian yang terkait kartel narkoba.

“Kami tidak tahu mengapa, meskipun mereka telah menerima ancaman tidak langsung. Kami tidak tahu siapa yang melakukannya," katanya kepada Reuters.  

Di halaman Facebook-nya, dia mengatakan, salah satu dari mereka yang tewas adalah sepupunya, Rhonita Maria LeBaron, yang kemudian diidentifikasi sebagai Rhonita Miller. 

Miller dan empat anaknya -anak kembarnya yang berumur enam bulan, Titus dan Tiana, putrinya yang berusia 10 tahun Krystal dan putra Howard yang berusia 12 tahun- semuanya tewas.

Dua ibu lainnya, Dawna Langford dan Christina Langford Johnson, serta putra-putra Dawna, yang berusia 11 dan tiga tahun, juga semuanya tewas.

Para ibu itu, mengendarai kendaraan terpisah dengan anak-anak mereka dari komunitas agama La Mora. Tempat mereka tinggal, merupakan pemukiman berusia puluhan tahun di negara bagian Sonora, yang didirikan sebagai bagian dari cabang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir.

Sebuah video yang diposting di media sosial, menunjukkan sisa-sisa kendaraan mereka yang hangus penuh lubang peluru. 

Putra Christina, Devin berjalan 13 mil, untuk mendapatkan bantuan dari kerabatnya. 

Sebelum meninggalkan lokasi penembakan, dia menutupi tubuh saudara-saudaranya yang terluka dengan ranting-ranting pohon. Kemudian dia mencoba mengidentifikasi asal tembakan, untuk menghindari orang-orang bersenjata itu ketika dia berjalan pergi.

Polisi membenarkan, bahwa pembunuhan menyebabkan satu kendaraan terbakar, dan penuh dengan peluru. Polisi telah menangkap seorang raja obat bius pasca pembantaian.  

Sekretaris Keamanan Meksiko Alfonso Durazo mengatakan, orang-orang bersenjata itu mungkin keliru, mengira SUV besar kelompok itu sama dengan geng-geng saingannya. 

Pembantaian warga AS di tanah Meksiko, dengan cepat menjadi masalah internasional. Presiden Donald Trump pada Selasa, 5 November 2019, bersumpah untuk membantu Meksiko mengobarkan perang terhadap kartel narkoba.

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan, dia akan membahas keamanan pada hari Selasa dengan AS, setelah Trump melemparkan serangkaian cuitan di twitternya.

Meksiko Barat Laut, telah menjadi rumah bagi komunitas kecil yang terkait dengan Mormon. Mormon berasal dari AS sejak akhir abad ke-19. Para pemukim Mormon awal di Meksiko, melarikan diri dari ancaman penangkapan di Amerika Serikat, karena melakukan poligami.

Raniere dikatakan telah memberi tahu para wanita Mormon yang tinggal dekat di perbatasan Meksiko, bahwa di bawah perlindungannya, mereka aman, jauh dari kekerasan narkoba. Demikian dilansir dari The Slate.  

Para wanita itu, kemudian direkrut untuk menjadi pengasuh anak di kompleks New York. Seperti dilansir dari The New York Post. 

Pemimpin kultus, telah dihukum karena pemerasan, konspirasi pemerasan, konspirasi penipuan kawat, konspirasi kerja paksa, perdagangan seks, konspirasi perdagangan seks dan percobaan perdagangan seks pada bulan Juni. 

Mark Vicente, seorang pembuat film dokumenter yang bekerja dengan Raniere, mengatakan, sebuah film yang mereka buat bersama menjadi alat rekrutmen untuk Nxivm. 

Dalam rekaman itu, Raniere berbicara dengan Julian LeBaron, yang saudara perempuan Benjamin LeBaron, pendiri kelompok yang memerangi kejahatan bernama SOS Chihuahua (dibunuh pada tahun 2009).

Menyusul tuduhan terhadap Raniere, Julian mengatakan: "Saya tidak pernah setuju film yang akan digunakan sebagai alat rekrutmen dalam bentuk apa pun."