RAKYATKU.COM, SRI LANKA - Seekor gajah mati karena kelelahan setelah dipaksa untuk membawa wisatawan di Sri Lanka.
Kanakota, gajah jantan berusia 18 tahun, terlihat terbaring di semak-semak setelah ia pingsan ketika mengangkut wisatawan.
Sebuah video menunjukkan penduduk setempat dari kota Sigiriya memberikan penghormatan terakhir kepada hewan itu. Mereka terlihat menutupi tubuhnya, sementara hujan mengguyur.
Menurut laporan, gajah itu mati pada 16 Oktober lalu.
Menurut juru kampanye hak-hak hewan, gajah itu telah membawa tiga kelompok wisatawan pada hari kematiannya. Masing-masing wisatawan membayar sekitar £23 (sekitar Rp416.000), dan mereka akan dibawa ke benteng batu kuno di Sigiriya. Perjalan itu bisa memakan waktu hingga satu jam.
Kanakota juga diduga telah dipukul dengan bullhook (batang logam yang dipasangi paku tajam di ujungnya, yang digunakan oleh pawang gajah untuk membantu mengendalikan gajah).
Sehari sebelumnya, Kanakota juga diyakini telah ikut serta dalam parade.
Di parade-parade, hewan-hewan biasanya akan dibungkus dengan kostum dan mereka membawa beban yang berat. Mereka kemudian dikembalikan ke kamp-kamp di mana mereka dipaksa untuk membawa wisatawan atau melakukan berbagai tugas kehutanan.
Para juru kampanye dari organisasi kesejahteraan hewan, Moving Animals, sekarang melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan kekejaman yang diderita oleh gajah.
"Kematian gajah yang tragis dan kejam ini sepenuhnya dapat dicegah," kata Paul Healey, dari Moving Animals, kepada The Sun.
"Sampai turis menolak untuk menunggang gajah, lebih banyak raksasa lembut ini akan terus menderita dan pingsan karena kelelahan."
World Animal Protection memperkirakan 3.000 gajah digunakan untuk hiburan di seluruh Asia, dan 77 persen dari mereka diperlakukan secara tidak manusiawi.